Buncis (Phaseolus Vulgaris) merupakan tanaman sayuran buah yang termasuk dalam kelompok polong-polongan atau leguminosa. Tanaman ini aslinya berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, namun menyebar dan sudah dibudidayakan diseluruh dunia selama lebih dari 7000 tahun. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), tiga negara produsen utama buncis adalah Tiongkok, Indonesia dan India dimana Tiongkok memproduksi 60% buncis di dunia.
Di Indonesia terdapat 2 jenis varietas tanaman buncis, yaitu tipe merambat dan tipe tegak. Untuk jenis varietas tegak, ketinggian tanaman berkisar antara 30 cm sampai 70 cm dan biasanya pembudidayaan dilakukan di dataran rendah, antara 400-900 mdpl. Sedangkan jenis varietas merambat memiliki tinggi tanaman mencapai 2m dan dibudidayakan di daerah dataran tinggi antara 1000-1500 mdpl.
Baby buncis Kenya merupakan varietas yang tegak dan memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dari jenis buncis lain, yaitu berwarna putih mengkilap dan bijinya berwarna hitam. Buahnya sendiri berwarna hijau tua dan lebih elastis.
Prospek
Salah satu sayuran impor yang sedang populer adalah buncis Kenya. Dari segi perawatan, buncis Kenya tergolong sangat mudah dan masa panennya pun tergolong cepat, yaitu 45 hari. Namun, pembudidayanya masih dapat dihitung dengan jari, sehingga ada peluang besar untuk membudidayakan varietas ini baik untuk memenuhi permintaan di pasar lokal maupun pasar international.
Risiko
Secara umum, membudidayakan Buncis Kenya tidak terlalu sulit dan buncis Kenya terkenal memiliki tingkat kegagalan yang rendah. Namun, dalam pembudidayaan buncis Kenya, perawatan yang baik tetap dibutuhkan untuk menghasilkan panen terbaik. Buncis Kenya rentan untuk terserang hama seperti ulat pemakan daun, sedangkan penyakit yang biasa menyerang buncis Kenya adalah bercak hitam pada daun. Selain hama dan penyakit, hal penting lainnya adalah curah hujan. Jika curah hujan terlalu banyak akan menyebabkan hasil panen kurang maksimal.
0 komentar:
Posting Komentar