~~~ Selamat Datang di Website Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tanjungsari Sumedang, Semoga Website Ini Bermanfaat ~~~ Sumedang SIMPATI (Sejahtera, Agamis, Maju, Profesional, Kreatif) ~~~ Sumedang MELESAT (Melayani Lebih Berkualitas dan Cepat) ~~~ Peran Kostratani : 1. Pusat Data dan Informasi, 2. Pusat Gerakan Pembangunan Pertanian, 3. Pusat Pembelajaran, 4. Pusat Jejaring Kemitraan, 5. Pusat Konsultasi Agribisnis ~~~ Core Value ASN BerAKHLAK (Berorientasi Palayanan, Akuntabel, Kompeten, Hamonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)~~~Selamat Hari Raya Idul Fitri 1424 H~~~

Budidaya Tanaman Talas





PENDAHULUAN

Talas (Calocasia esculenta L. Schott), merupakan tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat yang banyak digemari masyarakat. Selain sebagai sumber karbohidrat non beras yang terkandung dalam umbi, daun talas juga mengandung protein.Kandungan protein daun talas lebih tinggi dari umbinya. Pada talas bogor, talas semir dan bentul kandungan protein kasar berat kering daun adalah 4,24%-6,99% sedangkan umbinya sekitar 0,54%-3,55% (Pinus Lingga, dkk., 1989).

Talas juga dapat diambil tepungnya dan bisa digunakan sebagai tepung terigu, di Philipina dan Kamboja talas dibuat kue, di Brazil dijadikan roti. Di Indonesia daun talas dapat dijadikan sayuran terutama di daerah pedesaan, makanan khas yang dibuat dari daun talas adalah buntil. Pengunaan talas yang lain adalah sebagai obat tradisional. Bubur akar rimpang talas dipercaya sebagai obat encok, cairan akar rimpang juga digunakan untuk obat abses, sedangkan getah daun talas sering digunakan untuk menghentikan perdarahan dan obat bengkak. Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram umbi talas seperti disajikan pada Tabel 1.

Talas semir merupakan talas unggulan di Kabupaten Sumedang, komoditi ini memiliki potensi untuk dikembangkan baik dalam rangka agribisnis maupun diversifikasi pangan. Talas ini digemari konsumen karena rasa umbinya yang enak, dan dapat dikonsumsi menjadi aneka olahan pangan seperti kripik talas, talas rebus dan talas goreng.


TEKNIK BUDIDAYA

A. PENYIAPAN BIBIT

Talas semir diperbanyak secara vegetatif dengan tunas/anakan/sulur yang keluar dari umbi atau potongan umbi. Bibit dikumpulkan dan dipilih dari anakan/sulur yang tumbuh disekitar tanaman induk yang telah berumur 5-7 bulan yaitu tunas kedua dan ketiga. Anakan atau sulur yang telah dipisah dari umbi induk tidak langsung ditanam dilapangan, tetapi ditanam dipersemaian. Tempat pesemaian pada umumnya tanah-tanah lembab di pinggir kolam, lahan sawah dll. Pemindahan bibit dari pesemaian pada umumnya dilakukan setelah bibit berdaun 2-3 lembar.

Bibit talas dari pesemaian digali, akarnya dikurangi sebagian dan daun dipotong sehingga tinggal daun termuda yang masih kuncup. Bagian bawah umbi dipotong, dengan menyisakan umbi dipangkal batang, bersama dengan akar akarnya. Bibit talas yang baik adalah umbi yang memiliki diamater lebih besar dari 65 mm.

a. Besar, garis tengah umbi lebih dari 65 mm

b. Sedang, garis tengah umbi antara 51-60 mm

c. Kecil, garis tengah umbi kurang dari 45 mm


B. PENGOLAHAN TANAH

Talas ditanam pada musim kemarau di sawah, dan di tegalan atau pekarangan pada musim penghujan. Lahan yang akan ditanami dicangkul dulu sebaik mungkin atau dibajak. Setelah dicangkul atau dibajak, tanah dihaluskan lagi dengan pencangkulan yang kedua. Saluran pembuangan dibuat sepanjang tepi dengan memotong bagian tengah lahan. Ini perlu untuk membuat lahan menjadi kering serta memudahkan pembuangan air jika berlebihan. Persiapan lahan dan lubang tanaman dilakukan 1 – 2 minggu sebelum tanam.


C. PENANAMAN

Penanaman talas semir pada umumnya dilakukan awal musim penghujan. Bibit ditanam pada lubang tanaman ukuran 30 x 30 x 30 cm. Pada lubang tanaman ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang dan dicampur bersama tanah. Bibit ditaman pada lubang pertanaman yang sudah disiapkan dalam guludan, jarak tanam 100 x 50 cm, 75 x 75 cm atau 100 x 25 cm dan diantara guludan dibuat parit draenase dengan ukuran 30 x 30 cm. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung dari jarak tanam yang digunakan . Untuk pertanaman dengan jarak tanam 100 x 100 cm diperlukan sekitar 10.000 bibit, sedangkan 75 x 75 cm sebanyak 18.000 bibit.


D. PEMELIHARAAN

1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan paling lambat tanaman berumur 15 hari setelah penanaman. Penyulaman dilakukan sesegera mungkin agar perkembangan tanaman bisa seragam dan panen dilakukan pada waktu yang sama. Bibit yang digunakan untuk penyulaman berukuran sama dengan bibit yang digunakan sebelumnya

2. Penyiangan/pembumbunan

Penyiangan dilakukan apabila populasi gulma sudah cukup tinggi dan diperkirakan dapat menyebabkan penurunan hasil serta menjadi sumber infeksi hama/ penyakit. Pembumbunan dilakukan secara bertahap setiap bulan sampai fase berumbi, agar diperoleh umbi yang besar dan bermutu. Apabila anakan/tunas banyak yang tumbuh maka perlu dibuang sebagian. Sebaiknya hanya ditinggalkan 1-2 tunas saja per rumpun tanaman agar pertumbuhannya baik.

3. Pengairan

Pada lahan kering budidaya talas semir umumnya dilakukan pada musim penghujan, sehingga harus dijaga agar lahan tetap dapat membuang air secara tuntas. Oleh karena itu pada setiap bedengan perlu dibuat parit draenase disekeliling dan bagian tengahnya.

Pada penanaman yang dilakukan musim kemarau di sawah, talas diairi dengan cara penyiraman dan pengairan atau dengan cara menggenangi lahan selama semalam, kemudian air dibuang melalui parit draenase. Pemberian air dilakukan satu dua hari sebelum atau sesudah pemberian pupuk buatan.

4. Pemupukan

Pupuk organik yang digunakan berupa kompos dan atau pupuk kandang sebanyak 1 kaleng/lubang tanaman. Pupuk Urea, TSP/SP-36 dan KCl diberikan berturut-turut dengan dosis 100 kg, 120 kg dan 100 kg/ha. Separuh pupuk itu diberikan pada waktu tanam dan separuh lagi diberikan pada waktu berumur 3-4 bulan . Pupuk ini umumnya diberikan dengan cara ditugal pada jarak 5 cm dari tanaman sedalam 5 cm.


5. Pengendalian OPT

Secara umum talas semir relatif tidak banyak mendapat gangguan OPT sehingga petani melakukan pengendalian OPT dengan cara yang sangat sederhana bahkan hampir tidak pernah menggunakan pestisida.

a. Hama

Hama yang banyak menyerang tanaman talas adalah ulat (lundi) yang merusak perakaran dan kulit luar umbi. Tanaman yang terserang menunjukan gejala layu daun. Pengendalian cara mekanis dilakukan pada saat membumbun dengan mencari dan membunuh ulat satu persatu.

b. Penyakit

Penyakit yang biasa menyerang talas adalah bercak daun. Permukaan atas daun yang terserang kelihatan bercak-bercak coklat, kemudian secara perlahan-lahan tanaman menjadi kering. Pengendalian dilakukan dengan cara membuang bagian yang terserang dan membakarnya atau menggunakan fungisida.


PANEN

Talas sudah dapat dipanen umur 6 – 7 bulan, yang ditandai dengan mengeringnya daun. Pemanenan dilakuan dengan cara memangkas daun dan menyisakan pelepah sepanjang 30 cm, kemudian dibongkar dengan cara menggali tanah di sekitarnya.

0 komentar:

Posting Komentar