~~~ Selamat Datang di Website Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tanjungsari Sumedang, Semoga Website Ini Bermanfaat ~~~ Sumedang SIMPATI (Sejahtera, Agamis, Maju, Profesional, Kreatif) ~~~ Sumedang MELESAT (Melayani Lebih Berkualitas dan Cepat) ~~~ Peran Kostratani : 1. Pusat Data dan Informasi, 2. Pusat Gerakan Pembangunan Pertanian, 3. Pusat Pembelajaran, 4. Pusat Jejaring Kemitraan, 5. Pusat Konsultasi Agribisnis ~~~ Core Value ASN BerAKHLAK (Berorientasi Palayanan, Akuntabel, Kompeten, Hamonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)~~~Selamat Hari Raya Idul Fitri 1424 H~~~

Kiat Manjaga Mutu Jagung Hibrida


Jagung menjadi komoditas strategis kedua setelah padi (beras). Karena itu, pemerintah terus menggenjot produksinya. Gerakan Pencanangan Panen Jagung Nusantara oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo di Grobogan Jawa Tengah (29/9) yang diikuiti seluruh provinsi secara serentak menujukkan produksi jagung cukup tinggi.

Karena itu permintaan daerah melalui Gubernur dan Bupatinya mengharapkan agar tidak ada impor jagung lagi. Namun demikian, gerakan panen jagung harus diikuti dengan penanganan pasca panen dari mulai pengeringan, pemipilan, dan penyimpanan.

Rangkaian kegiatan tersebut akan saling berkaitan. Sebab, hasil satu tahap kegiatan akan  mempengaruhi hasil tahap berikutnya.  Dengan penanganan yang baik, mutu jagung juga akan terjaga dan sesuai dengan standar permintaan untuk pakan ternak. Teknologi penanganan pascapanen dapat menekan tingkat kehilangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Tahap Pengeringan

Pengeringan merupakan  proses penurunan kadar air jagung sampai mencapai nilai tertentu untuk diproses selanjutnya dan aman untuk disimpan, sehingga mutu produk yang dihasilkan tinggi. Tujuan pengeringan untuk memenuhi persyaratan mutu yang akan dipasarkan dengan kadar air 14% agar memenuhi standar mutu perdagangan.

Untuk biji yang akan disimpan kadar air sebaiknya 13%, sehingga jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah. Karena itu disarankan agar pengeringan dilakukan segera dalam waktu 24 jam setelah panen. Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk tongkol berkelobot, tongkol tanpa kelobot, atau jagung pipilan.

Pengeringan jagung idealnya dalam dua tahap. Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan mempermudah pekerjaan pemipilan jagung. Sebab, pemipilan tanpa pengeringan terlebih dahulu dapat menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, dan pengerjaannya lambat.

Pengeringan awal ini dilakukan sampai kadar air sekitar 17-18%. Pada keadaan ini jagung akan mudah dipipil dan tidak menimbulkan kerusakan. Bila jagung sudah berupa jagung pipilan dapat dikeringkan sampai kadar air 13%, sehingga tahan untuk disimpan.

Cara pengeringan dapat dibedakan atas pengeringan konvensional dan pengeringan buatan. Pada sistem konvensional, jagung pada batangnya dibiarkan di lapang sampai kering secara alami. Hal ini dapat mengakibatkan infestasi hama dan lahan tidak dapat diolah untuk tanaman berikutnya selama jagung tersebut belum dipanen.

Waktu pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari sebaiknya dari pukul 08.00-11.30. Lamanya pengeringan sekitar 3 hari bila cuaca cerah. Disarankan menggunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur, terpal dan sebagainya.

Cara pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dianggap baik. Sebab, kadar air jagung tidak turun secara drastis, sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan selain itu cara ini adalah yang termurah.

Pengeringan konvensional lainnya adalah dengan cara pengasapan. Cara ini bisa dapat mengamankan hasil jagung pada musim penghujan. Sumber asap dapat diperoleh dari pembakaran sekam dan tongkol jagung. Dengan cara digantung setinggi 80 cm dari sumber asap, pengeringan dari kadar 29% menjadi 14% jagung berkelobot membutuhkan waktu 7 hari.

Panen jagung yang jatuh pada musim hujan, pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis. Misalnya, alat pengering jenis batch dryer, pengeringan bertingkat, dan lain-lain. Alat pengering jenis batch dryer menggunakan temperatur udara tertentu sesuai tujuan pengeringan.

Untuk jagung konsumsi temperatur udara pengering antara 50-60% dan kelembaban relatif 40%. Sedangkan untuk jagung bibit temperatur udara sekitar 40oC, karena temperatur diatas 45oC dapat mematikan embrio.

Tahap Pemipilan

Proses pemisahan biji jagung dari tongkolnya dikenal dengan pemipilan. Pemipilan dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak lebih dari 18%. Jika dipipil dengan tangan, maka lembaga tidak tertinggal pada janggel. Pada kadar air tersebut pemipilan  lebih mudah dan kerusakan mekanis dapat ditekan.

Pemipilan jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan. Metode ini meskipun berat dan kapasitasnya kecil, ternyata efektif dalam pemisahan kelobot dan tongkol serta kerusakan mekanisnya kecil. Disamping itu dapat dilakukan pemisahan biji yang rusak atau terserang hama dan penyakit dari biji yang sehat.

Alat pemipil yang lebih maju yang disebut corn sheller. Alat yang dijalankan dengan motor ini dapat membantu proses pemililan. Caranya jagung dalam kondisi masih bertongkol dimasukkan ke dalam lubang pemipil (hopper). Karena ada gerakan dan tekanan, pemutaran yang berlangsung dalam corn sheller, butir-butir biji akan terlepas dari tongkol. Lalu butir-butir tersebut langsung keluar dari lubang pengeluaran untuk selanjutnya ditampung dalam wadah atau karung.

Pemipil dengan alat ini sangat efektif karena relatif 100% butir-butir jagung dapat terlepas dari tongkolnya, kecuali butir-butir yang terlalu kecil yang terdapat di bagian ujung tongkol. Kualitas pemipilannya sangat baik karena persentase biji yang rusak/cacat serta kotoran yang dihasilkannnya sangat kecil.

Proses Penyimpanan

Tujuan penyimpanan jagung untuk mempertahankan kualitas sekaligus mencegah kerusakan dan kehilangan yang disebabkan faktor luar dan dalam. Misalnya, kadar air biji, aktivitas respirasi, pemanasan sendiri, suhu penyimpanan, kelembaban udara, konsentrasi oksigen udara, serangan mikroba, hama dan iklim.

Ada beberapa cara penyimpanan jagung. Diantaranya, dengan menempatkan di atas para-para, di bawah atap rumah ataupun di atas dapur. Pada cara ini sejumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat menjadi satu, kemudian digantung dengan mengaturnya secara bersusun di atas para-para. Penyimpanan cara ini sebaiknya dilengkapi dengan kawat anti tikus atau perangkap tikus lainnya.

Cara penyimpanan lainnya untuk jagung pipilan dapat dilakukan dalam karung plastik, kantong plastik, kaleng, jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara tersebut pada kadar air maksimum 14%.

Kadar air jagung diatas 14% merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan cendawan. Cendawan dapat memproduksi bermacam-macam toksin antara lain aflatoksin serta hama yang senantiasa menyebabkan kerusakan. Cendawan Aspergillus flavus berkembang dengan baik dan memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%.

Penyimpanan jagung pipilan dalam karung plastik yang dilapisi plastik mempunyai daya simpan lebih lama dibandingkan karung goni. Ukuran karung plastik 50 kg. Tumpukan karung yang berisi jagung di dalam ruang penyimpan harus di atas balok kayu atau penyangga lainnya. Cara ini untuk mencegah kontak langsung dengan lantai, sehingga jagung tidak lembab dan sirkulasi udara terjamin, sehingga terhindar dari pembusukan.

0 komentar:

Posting Komentar