~~~ Selamat Datang di Website Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tanjungsari Sumedang, Semoga Website Ini Bermanfaat ~~~ Sumedang SIMPATI (Sejahtera, Agamis, Maju, Profesional, Kreatif) ~~~ Sumedang MELESAT (Melayani Lebih Berkualitas dan Cepat) ~~~ Peran Kostratani : 1. Pusat Data dan Informasi, 2. Pusat Gerakan Pembangunan Pertanian, 3. Pusat Pembelajaran, 4. Pusat Jejaring Kemitraan, 5. Pusat Konsultasi Agribisnis ~~~ Core Value ASN BerAKHLAK (Berorientasi Palayanan, Akuntabel, Kompeten, Hamonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)~~~Selamat Hari Raya Idul Fitri 1424 H~~~

PENILAIAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) BERPRESTASI

Kegiatan Presentasi dalam rangka penilaian BPP berprestasi di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat

LABORATORIUM LAPANG PENYULUH

Sarana bagi para penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan teknologi pertanian yang akan disuluhkan pada petani binaan

KONSEP PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN P2L

P2l bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan pangan dan pendapatan keluarga

PERAN KOSTRATANI

Lima peran Kostratani dalam Pembangunan Pertanian

SEKOLAH LAPANGAN (SL) IPDMIP

Kegiatan Sekolah Lapangan (SL) IPDMIP Padi Sawah Di Kelompok Tani Medal Harapan Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari

PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) KWT HIKMATUSSALAM

Kegiatan Pengelolaan Lahan Demplot kegiatan P2L KWT Hikmatussalam Desa Kadakajaya

ADAPTASI VUB KEGIATAN SEKOLAH LAPANG IPDMIP

Penggunaan benih padi varietas Mekongga pada kegiatan Laboratorium Lapang (LL) SL IPDMIP Padi sawah di Kecamatan Tanjungsari

SOSIALISASI KARTU TANI

Kegiatan sosialisasi penggunaan kartu tani pupuk bersubsidi tingkat Kecamatan Tanjungsari

DEMPLOT BUDIDAYA TANAMAN PORANG

Kegiatan demplot usahatani tanaman porang di Kelompok Tani Mekar Mukti Desa Kadakajaya

DEMPLOT BUDIDAYA PADI HITAM

Kegiatan demplot usahatani padi hitam di Kelompok Tani Bibilitik 2 Desa Kutamandiri

PERAN PENYULUH DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUKIKASI (TIK)

Tuntutan peran penyuluh di era Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang semakin maju

SOSIALISASI PEMBENTUKAN KORPORASI PETANI

Kegiatan sosialisasi dalam rangka pembentukan korporasi petani ubi jalar se Kecamatan Tanjungsari

SUMEDANG SIMPATI

Sumedang yang Sejahtera Masyarakatnya, Agamis Ahlaqnya, Maju Daerahnya, Profesional Aparatnya dan Kreatif Ekonominya

Jenis-jenis Sistem Hidroponik


Hidroponik adalah salah satu metode yang digunakan untuk menanam berbagai bentuk tanaman dengan tanpa menggunakan tanah dan hanya mengandalkan media air yang telah dicampur dengan larutan mineral dan nutrisi lainnya. Beberapa jenis nutrisi yang dipakai untuk tanaman yang ditanam secara hidroponik adalah seperti menggunakan pupuk yang berasal dari hewani atau menggunakan pupuk kimia seperti urea yang telah dilarutkan.

Dilansir dari Fresh Water Systems, inilah 8 jenis sistem hidroponik yang bisa digunakan antara lain :

1. Sistem Wick

Sistem hidroponik wick adalah salah satu metode hidroponik yang paling mudah dan sederhana untuk dilakukan. Dalam sistem wick, tanaman akan ditempatkan pada sebuah wadah yang diletakkan tepat pada sebuah tempat penyimpanan air. Wadah penyimpanan air tersebut sebelumnya sudah diberikan larutan nutrisi seperti pupuk dan penyubur tanaman. Sistem ini bisa dibuat dengan mudah hanya dengan menggunakan tali atau kain wol dan wadah yang terbuat dari plastik.

Sistem wick ini menggunakan metode yang bernama kapiler yang di mana tali atau kain akan menyerap air secara perlahan layaknya sebuah spons dan akan langsung mentransfer air dan nutrisi tersebut pada tanaman yang ditanam. Menanam tanaman hidroponik dengan menggunakan sistem wick memang membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama dan membatasi jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam. Metode ini juga cocok digabungkan dengan sistem aerasi agar tanaman bisa mendapatkan oksigen lebih banyak.

2. Sistem Deep Water Culture

Sistem hidroponik yang selanjutnya adalah sistem deep water culture. Metode ini cukup sederhana karena tanaman yang akan Anda tanam cukup dimasukkan ke dalam air aerasi. Metode ini merupakan salah satu metode hidroponik yang paling sederhana dan paling populer digunakan oleh banyak orang. Banyak yang beranggapan bahwa metode ini merupakan sistem hidroponik yang paling tidak repot untuk dilakukan.

Akar dari tanaman  akan selalu berada di bawah permukaan air sehingga akan membutuhkan sistem aerasi yang benar agar tanaman bisa tumbuh secara normal dan cepat. Pasanglah sistem aerasi pada dasar wadah dan mengalirkan udara dari mesin oksigen dengan menggunakan selang karet yang sudah dilubangi agar oksigen bisa terbagi secara merata pada seluruh tanaman.

3. Sistem Aeroponik

Sistem hidroponik yang selanjutnya adalah sistem aeroponik. Metode aeroponik ini menggunakan air yang sudah dikabutkan dan dialirkan pada akar-akar dari tanaman yang sudah disusun dengan cara sedemikian rupa. Metode penanaman ini termasuk salah satu cara yang paling sulit untuk dilakukan dan mahal tetapi tidak memerlukan tempat yang banyak. 

4. Sistem Drip

Metode hidroponik yang selanjutnya adalah sistem drip. Metode ini menggunakan sistem aerasi untuk mengalirkan air yang sebelumnya sudah diberikan nutrisi seperti pupuk dan penyubur tanaman dan akan diteteskan pada akar dan batang tanaman secara berkala. Metode ini memang cukup kompleks karena harus memastikan agar air hasil aerasi yang berlebihan terbuang dan tidak membuat tanaman menjadi busuk karena kelebihan nutrisi. Metode ini juga memungkinkan untuk menanam tanaman yang berukuran besar karena tidak memerlukan banyak tempat untuk mengaliri air pada bagian bawah dari wadahnya.

5. Metode EBB dan Flow

Metode penanaman hidroponik berikutnya adalah EBB dan Flow. Pada metode ini terdapat sebuah timer yang akan mengatur waktu untuk mengaliri air yang sudah diberikan pupuk pada tanaman dalam waktu yang sudah ditentukan. Metode ini juga menggunakan tabung untuk mengaliri air yang berlebih agar tidak merusak tanaman dan buah yang sudah tanam.

6. Metode Nutrient Film

Pada metode nurtrient film, tanaman hidroponik akan secara berkala dialirkan air yang mengandung pupuk dan nutrisi lainnya dengan menggunakan pipa di bawah tanaman yang tanam. Metode ini cukup berbeda dengan cara lainnya karena akar dari tanaman tidak akan terendam di dalam air dan hanya akan dialiri oleh air saja. Metode ini mengharuskan agar akar dari tanaman tidak menutupi aliran air dan menjadikan tanaman lain menjadi kekurangan nutrisi.

7. Metode Bubbleponic

Sesuai dengan namanya, metode ini mengandalkan gelembung udara yang dihasilkan oleh sistem aerasi agar tanaman bisa terus tumbuh dan mendapatkan oksigen dengan cukup. Metode ini juga mengharuskan agar akar dari tanaman tetap berada di dalam air dan sudah dialiri oleh nutrisi agar tanaman bisa tumbuh dengan subur

8. Sistem Fertigasi

Metode yang terakhir bisa gunakan adalah sistem fertigasi. Teknik ini mengharuskan untuk mengalirkan air yang mengandung nutrisi dan unsur hara dengan menggunakan cara irigasi. Dalam sistem ini biaya untuk melakukan pemupukan akan berkurang karena pupuk akan langsung diberikan secara bersamaan dengan penyiraman tanaman. Metode ini juga membuat menjadi lebih berhemat karena pemakaian pupuk akan menjadi berkurang karena akan diberikan pada tanaman dalam jumlah yang sedikit namun secara terus menerus.

Pengendalian Penyakit Bulai Jagung


Penyakit Bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kehilangan hasil sampai 100%. Peningkatan suhu dan kelembaban akhir-akhir ini diperkirakan akan semakin mempercepat perkembangbiakan dan penyebaran spora bulai melalui media udara, tanah ataupun benih.


CIRI-CIRI

Ciri umum yang ditimbulkan dari serangan bulai adalah munculnya butiran putih pada daun yang merupakan spora cendawan pathogen tersebut. Penyakit ini menyerang tanaman jagung varietas rentan hama penyakit dan umur muda (1-2 Minggu Setelah Tanam = MST) maka kehilangan hasil akibat infeksi penyakit ini dapat mencapai 100% (Puso). Masa kritis tanaman jagung terserang bulai berlangsung sejak benih ditanam hingga usia 40 hari. Sejumlah daerah di Indonesia seperti Bengkayang, Kalimantan Barat, dilaporkan telah menjadi daerah endemic bulai. Upaya pencegahan yang dilakukan petani melalui perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaksil dilaporkan tidak membawa hasil karena adanya efek resistensi atau kekebalan terhadap bahan aktif tersebut.


GEJALA

Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan


PENYEBAB

Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh tiga jenis spesis yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis dan P. Sorghi


PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI

Penyakit bulai sangat ditakuti karena dapat menyebabkan gagal panen (puso). Oleh karena itu petani jagung harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai. Berikut ini adalah beberapa tips dari Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, tentang upaya yang dapat dilakukan petani dalam rangka mengendalikan penyakit bulai sebagai berikut :

- Penggunaan varietas jagung yang tahan terhadap penyakit bulai jagung

- Periode bebas tanaman jagung hal ini dikhususkan kepada daerah-daerah endemik bulai dimana jagung ditanam tidak serempak, sehingga terjadi variasi umur yang menyebabkan keberadaan bulai dilapangan selalu ada, sehingga menjadi sumber inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya.

- Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya.

- Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai dengan menanam tanaman dari bukan sereal.

- Eradikasi tanaman yang terserang bulai.

- Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5 -5,0 g/kg benih.

Kemitraan Usahatani Buncis Kenya


Salah satu fungsi Balai Panyuluhan Pertanian (BPP) Kostratani adalah sebagai Pusat Jejaring Kemitraan. Atas dasar itulah, penyuluh pertanian berkewajiban untuk dapat memfasilitasi terjalinnya kemitraan antara petani dengan pihak lain yang saling menguntungkan.

Sebagai bentuk hasil dari kegiatan fasilitasi kemitraan usaha, maka saat ini telah terjalin kemitraan usahatani di dua kelompok tani di Kecamatan Tanjungsari, tepatnya di kelompok tani Mekar Mukti Desa Kadakajaya dan kelompok Tani Simpati Mukti Desa Cijambu, yaitu kemitraan usahatani tanaman buncis Kenya. 

Buncis Kenya adalah jenis buncis tegak (tidak merambat) yang mempunyai potensi hasil cukup tinggi dengan harga jual yang menjanjikan. Buncis Kenya merupakan komoditi ekspor, juga komoditi yang dipasarkan di pasar-pasar modern (swalayan).



Kemitraan usahatani buncis Kenya oleh kelompok tani Mekar Mukti dan Simpati Mukti telah berlangsung sejak tahun 2021, dengan harga jual produk (harga kontrak) Rp. 10.000,00 per kilogram. Setiap hari permintaan buncis Kenya mencapai 200 kilogram, dan masih belum dapat terpenuhi oleh kedua kelompok tani tersebut. Hal ini menjadikan peluang usaha yang dapat dikembangkan oleh kelompok-kelompok tani yang lainnya melalui kemitraan usaha.


~~~NS~~~





Kaji Terap Budidaya Kubis Menggunakan Pupuk Organik Kreasi Penyuluh

Kegiatan Kaji Terap budidaya tanaman kubis dengan aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) hasil kreasi penyuluh pertanian Kecamatan Tanjungsari







Peran dan Transformasi Penyuluh di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Guna Akselerasi Regenerasi Petani








Tips Bijak Menggunakan Media Sosial


Siapa yang tidak memiliki media sosial ? Di zaman sekarang, media sosial merupakan hal yang sangat umum. Orang-orang mungkin akan merasa aneh jika tidak memiliki satu akun media sosial apapun. Fungsinya yang berawal sebagai media bersosialisasi mengalami perubahan dan peningkatan hingga bisa menjangkau aktivitas seseorang dalam banyak hal.

Saat ini, media sosial yang kita kenal banyak digunakan di Indonesia adalah Whatsapp, Line, Instagram, Facebook, dan Twitter dan juga TikTok. Semakin berkembangnya penggunaan media sosial, banyak terjadi kasus penyalahgunaan hingga perlu untuk diproses menurut hukum yang berlaku.

Media sosial yang sangat banyak di gunakan Di Indonesia, perilaku bersosial media sudah diatur dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik atau sering disebut UU ITE. Beberapa hal yang diatur di antaranya mengenai pencemaran nama baik, penghinaan SARA, dan perdagangan elektronis.

Berikut tips atau langkah-langkah penggunaan media sosial dengan bijak. Yuk simak …

1. Gunakan Sesuai Kebutuhan

Media sosial hadir untuk dapat digunakan dalam berbagai hal, mulai dari hal-hal yang baik hingga hal-hal yang buruk. Seiring pesatnya perkembangan media sosial, meningkat juga kejahatan siber. Maka dari itu, adanya kontrol dari orang tua sangat-sangat dibutuhkan. 

2. Jaga Sikap dan Etika

Tidak hanya dalam kehidupan nyata saja, sikap dan etika juga perlu ditunjukkan saat menggunakan media sosial. Media sosial juga merupakan tempat bertemnuya banyak orang. Maka dari itu, bahasa sopan dan santun terhadap lawan bicara juga perlu diterapkan agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara di media sosial.

3. Ikuti Informasi Yang Bermanfaat

Berkumpulnya orang-orang dari belahan dunia yang berbeda menjadikan ladang informasi yang luas di media sosial. Informasi tersebut dapat berupa informasi yang baik sampai informasi yang kurang penting. Untuk itu, perlu filter untuk mengambil sumber informasi dari media sosial agar informasi yang didapatkan akurat, kredibel, dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Jauhi Toxic Account

Toxic Account adalah akun-akun yang mengimpulsi kita untuk melakukan hal buruk, seperti boros atau marah. Jika hal itu terjadi, berhentilah untuk mengikutinya.

5. Manfaatkan Media Sosial Semaksimal Mungkin

Sebagai media yang bisa digunakan untuk berbagai hal, media sosial bisa menjadi pasar yang efektif untuk memamerkan skill, kemampuan dan kreativitas. Selain itu, opini atau pendapat juga bebas diutarakan di media sosial dengan catatan dapat dipertanggung jawabkan.

Teknis Budidaya Bawang Merah


Bawang merah (Alliumascalonicum L.) merupakan tanaman semusim (berumur pendek) yang dapat diperbanyak secara vegetatif dengan umbi dan generatif dengan biji (True Shallot Seed/TSS). Umbi mini (G1) adalah umbi berukuran kecil (berukuran 2-3 gr) yang dihasilkan sebagai produk benih hasil perbanyakan TSS. Hasil perbanyakan umbi mini yaitu umbi sebar (G2). Keunggulan menggunakan umbi mini sebagai benih diantaranya yaitu memiliki potensi produksi lebih tinggi dibandingkan dengan umbi biasa yang sudah digunakan petani secara terus-menerus dan lebih sehat karena tidak adanya akumulasi patogen tular umbi seperti bakteri, jamur, dan virus.

1. Benih

Benih yang digunakan merupakan umbi mini hasil perbanyakan dari biji/TSS dan merupakan varietas unggul. Kriteria umbi mini untuk bibit, yaitu cukup umur tanaman (70-80 hari) tergantung pada varietas yang ditanam, cukup umur simpan (2-4 bulan), padat atau kompak dan kulit umbinya tidak luka serta warnanya berkilau. Apabila benih bawang merah belum cukup umur simpan (tunas dalam benih masih sekitar 50-60%), dilakukan pemotongan ujung umbi (± 0,5 cm atau 1/3 bagian ujungnya) dengan tujuan untuk memecahkan dormansi.
  1. Kebutuhan benih sebanyak 1200 kg/ha.
  2. Benih bersih dari kulit yang kering atau kotoran.
  3. Untuk mencegah serangan penyakit layu fusarium, dilakukan perlakuan benih sebelum tanam dengan menggunakan fungisida Mankozeb (dosis 100 gr fungisida/100 kg benih dan disimpan dalam karung plastik selama 1-2 hari).
2. Persiapan Lahan
  1. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sehingga siap olah.
  2. Pada lahan bekas padi sawah, tanah diolah dan dibuat bedengan-bedengan terlebih dahulu dengan lebar (1,2-1,5 m) dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan dengan kedalaman parit 50-60 cm dan lebar parit 40-50. Bedengan mengikuti arah Timur – Barat.
  3. Pada lahan dengan pH < 5,6 dilakukan pengapuran menggunakan kaptan/dolomite sebanyak 1-1,5 ton/ha/tahun bersamaan dengan pengolahan tanah yaitu minimal 2 minggu sebelum tanam.
  4. Untuk daerah endemik orong-orong, diberikan insektisida karbofuran dengan dosis 30 kg/ha bersamaan dengan pemberian pupuk organik.
3. Penanaman

Penanaman umbi dengan cara menancapkan atau membenamkan pada bedengan sedalam 3/4 bagian umbi.

4. Pemeliharaan

a. Pemupukan
- Lahan kering/tegalan.
Pupuk dasar berupa pupuk kandang sapi (15-20 ton/ha) atau kotoran ayam (5-6 ton/ha) atau kompos (2,5-5 ton/ha) dan pupuk buatan TSP (120-200 kg/ha). Pupuk dasar diberikan pada 1-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk rata dengan tanah. Pupuk susulan berupa Urea (100-200 kg/ha), ZA (300-400 kg/ha) danj KCl (150-200 kg/ha) dan diberikan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam, masing-masing setengah dosis.

- Lahan sawah.
Pupuk dasar berupa pupuk buatan SP-36 (90 P2O5 kg/ha) yang diberikan pada 1-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk rata dengan tanah. Pupuk susulan sebanyak 180 kg N/ha (1/2 N Urea + 1/2 N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha) yang diberikan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam, masing-masing setengah dosis.

b. Penyiraman
Meskipun tanaman bawang merah tidak menyukai banyak hujan, tanaman ini memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya dengan penyiraman. Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Pada musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujan hanya ditujukan untuk membilas daun tanaman dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada periode kritis yaitu saat pembentukan umbi jangan sampai kekurangan air karena bisa menurunkan produksi. Oleh karena itu perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah.

c. Penyiangan dan pendangiran 

Penyiangan dan pendangiran dilakukan pada saat menjelang pemupukan susulan ke-1 dan ke-2.

d. Pengendalian OPT

Pengendalian menggunakan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu :
- Pengendalian secara kultur teknis, antara lain pemupukan berimbang dan penggunaan varietas tahan OPT, dan penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan pathogen serangga).
- Pengendalian secara mekanik, yaitu dengan pemotongan daun yang sakit atau terdapat kelompok telur Spodoptera exigua, penggunaan kelambu kasa/shading net dan penggunaan jenis perangkap (feromon seks, perangkap kuning, perangkap lampu, dll).

Penggunaan bio-pestisida.
Penggunaan pestisida selektif berdasarkan ambang pengendalian , dengan memperhatikan pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

5. Panen dan Pasca Panen

Bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam (tergantung varietas). Ciri - cirinya adalah pangkal daun sudah lemas jika dipegang, daun (70-80%) berwarna kuning, umbi sudah terbentuk dengan penuh dan kompak, sebagian umbi sudah terlihat di permukaan tanah, umbi berwarna merah tua atau merah keunguan serta berbau khas, dan sebagian besar (>80%) daun tanaman telah rebah.

Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman. Produksi umbi kering mencapai 6-25 ton/ha. Panen sebaiknya dilakukan pada keadaan tanah kering dan cuaca cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang. Untuk mempermudah penanganan, setiap 5-10 rumpun diikat pada sepertiga daun bagian atas.

Umbi dijemur selama 2 minggu di bawah sinar matahari langsung dengan tahapan pertama, pelayuan daun dengan menjemur bagian daun selama 2-3 hari dan kedua, pengeringan dengan cara menjemur bagian umbi bawang merah di bawah sinar matahari langsung selama 7-14 hari, dengan melakukan pembalikan setiap 2-3 hari. Pengeringan dapat juga dilakukan dengan alat pengering khusus (oven) hingga mencapai kadar air 80%.

Kemudian umbi disimpan dalam bentuk ikatan yang digantungkan pada rak-rak bambu. Jika disimpan dalam bentuk “rologan” (umbi dilepas dari daunnya), umbi harus diberi perlakuan dengan semen (100 gr semen untuk 10 kg umbi) untuk menekan pertunasan lalu umbi diletakkan dalam rak-rak anyaman bambu (suhu penyimpanan antara 30-330C, kelembaban nisbi antara 65-70%).