~~~ Selamat Datang di Website Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tanjungsari Sumedang, Semoga Website Ini Bermanfaat ~~~ Sumedang SIMPATI (Sejahtera, Agamis, Maju, Profesional, Kreatif) ~~~ Sumedang MELESAT (Melayani Lebih Berkualitas dan Cepat) ~~~ Peran Kostratani : 1. Pusat Data dan Informasi, 2. Pusat Gerakan Pembangunan Pertanian, 3. Pusat Pembelajaran, 4. Pusat Jejaring Kemitraan, 5. Pusat Konsultasi Agribisnis ~~~ Core Value ASN BerAKHLAK (Berorientasi Palayanan, Akuntabel, Kompeten, Hamonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)~~~Selamat Hari Raya Idul Fitri 1424 H~~~

PENILAIAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) BERPRESTASI

Kegiatan Presentasi dalam rangka penilaian BPP berprestasi di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat

LABORATORIUM LAPANG PENYULUH

Sarana bagi para penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan teknologi pertanian yang akan disuluhkan pada petani binaan

KONSEP PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN P2L

P2l bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan pangan dan pendapatan keluarga

PERAN KOSTRATANI

Lima peran Kostratani dalam Pembangunan Pertanian

SEKOLAH LAPANGAN (SL) IPDMIP

Kegiatan Sekolah Lapangan (SL) IPDMIP Padi Sawah Di Kelompok Tani Medal Harapan Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari

PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) KWT HIKMATUSSALAM

Kegiatan Pengelolaan Lahan Demplot kegiatan P2L KWT Hikmatussalam Desa Kadakajaya

ADAPTASI VUB KEGIATAN SEKOLAH LAPANG IPDMIP

Penggunaan benih padi varietas Mekongga pada kegiatan Laboratorium Lapang (LL) SL IPDMIP Padi sawah di Kecamatan Tanjungsari

SOSIALISASI KARTU TANI

Kegiatan sosialisasi penggunaan kartu tani pupuk bersubsidi tingkat Kecamatan Tanjungsari

DEMPLOT BUDIDAYA TANAMAN PORANG

Kegiatan demplot usahatani tanaman porang di Kelompok Tani Mekar Mukti Desa Kadakajaya

DEMPLOT BUDIDAYA PADI HITAM

Kegiatan demplot usahatani padi hitam di Kelompok Tani Bibilitik 2 Desa Kutamandiri

PERAN PENYULUH DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUKIKASI (TIK)

Tuntutan peran penyuluh di era Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang semakin maju

SOSIALISASI PEMBENTUKAN KORPORASI PETANI

Kegiatan sosialisasi dalam rangka pembentukan korporasi petani ubi jalar se Kecamatan Tanjungsari

SUMEDANG SIMPATI

Sumedang yang Sejahtera Masyarakatnya, Agamis Ahlaqnya, Maju Daerahnya, Profesional Aparatnya dan Kreatif Ekonominya

Budidaya Tanaman Tomat



1. PERSIAPAN LAHAN

Pengolahan tanah untuk penanaman bibit di kebun produksi harus memperhitungkan waktu, antara lain lamanya bibit di persemaian hingga dapat dipindah ditanam ke kebun dengan lamanya proses pengolahan tanah sampai siap tanam. Lamanya waktu pembibitan sekitar 30-45 hari, sedangkan lamanya pengolahan tanah yang intensif sampai siap tanam adalah 21 hari. Oleh karena itu, agar tepat waktu penanamannya di kebun, jadwal pengolahan tanahnya sebaiknya dilakukan 1-2 minggu setelah benih disemaikan.

1.1. Pembukaan Lahan.

1. Tahap pertama
Membalik agregat tanah sehingga tanah yang berada pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan. Pengolah tanah tahap ini sebaiknya dilakukan dengan bajak yang ditarik oleh tenaga hewan atau dengan menggunakan traktor. Tanah diolah dengan kedalaman 25 cm-30 cm. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 1 minggu agar bongkahan-bongkahan tanah hasil pembajakan cukup terkena angin, terkena cahaya matahari, dan supaya terjadi proses oksidasi (pemasaman) zat-zat beracun dari dalam tanah seperti asam sulfida yang sangat membahayakan kehidupan tanaman.

2. Tahap kedua
Tanah digemburkan dengan cara dicangkul tipis-tipis sehingga diperoleh struktur tanah yang gembur atau remah, sekaligus untuk meratakannya. Selanjutnya, tanah hasil pengolahan tahap ini dibiarkan selama 1 minggu.

3. Tahap ketiga
Dilakukan pemupukan dasar dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15-20 ton/ha. Pemberian pupuk kandang yang belum masak dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, bahkan dapat mematikan tanaman karena akar tanaman tidak kuat menahan panas. Pada tahap ini, tanah yang telah ditaburi pupuk kandang dicangkul kembali tipis-tipis dan diratakan.


1.2 Pembentukan Bedengan

Setelah pengolahan tanah selesai dilakukan, selanjutnya dibuat bedeng-bedeng membujur ke arah Timur Barat agar penyebaran cahaya matahari dapat merata ke seluruh tanaman. Disamping pembuatan bedeng, juga dibuat parit-parit atau selokan untuk irigasi.

Bedengan dapat dibuat lebar dengan ukuran lebar 1-1,2 m, panjang disesuaikan dengan keadaan lahannya dan tinggi bedeng 30 cm. Jika penanaman tomat dilakukan pada musim penghujan, bedengan dapat dibuat lebih tinggi yaitu 40-45 cm. Sedangkan ukuran parit dibuat lebar 20-30 cm dan kedalamannya 30 cm. Dengan demikian jarak antar bedeng adalah 20-30 cm. Kemudian pada sekeliling petak-petak bedengan dibuat saluran pembuangan air dengan ukuran lebar 50 cm, dan kedalamannya 50 cm.


1.3 Pengapuran

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan atau penyiapan lahan adalah pengapuran pada tanah-tanah yang terlalu asam dan tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Pengapuran ini diberikan bersamaan dengan saat pengolahan tanah, sebab pada umumnya akar tanaman tidak kuat terhadap pengapuran secara langsung, tanaman dapat menderita gangguan pertumbuhan bahkan dapat mati. Kapur yang dapat digunakan adalah kapur tohor, kapur karbonat, atau kapur tembok.

Pengapuran, selain menaikkan nilai pH tanah juga dapat memperbaiki struktur tanah, mendorong aktivitas mikroorganisme tanah dalam membantu proses penguraian bahan organik tanah dan menurunkan zat yang bersifat racun tanpa menghilangkan zat-zat penting yang lain. Dosis pengapuran harus memperhatikan nilai pH tanah setempat.


1.4. Pemupukan

Sebelum tanaman tomat ditanam, lahan harus diberi pupuk dasar. Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1. Kompos atau pupuk kandang yang telah jadi tanah dan TSP ditabur secara merata ke seluruh bedengan. Selanjutnya, tanah dicangkul sampai homogen agar kompos atau pupuk kandang dan TSP tercampur merata dengan tanah.

2. Pada jarak yang telah ditentukan dibuat lubang sedalam + 15 cm dan bergaris tengah + 20 cm. Lubang-lubang tersebut kemudian diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 0,5 kg (satu genggam besar) dan diberi TSP sebanyak + 5 gram. Lubang ditimbun tanah, kemudian diaduk-aduk sehingga kompos atau pupuk kandang, TSP dan tanah tercampur rata.


1.5. Pemasangan Mulsa

Dewasa ini penggunaan plastik hitam-perak sebagai mulsa (penutup tanah) telah banyak dipergunakan oleh para petani. Penggunaan plastik hitam-perak sebagai mulsa lebih praktis dibandingkan dengan penggunaan sisa-sisa tanaman yang telah mati, misalnya jerami padi.



PENANAMAN

2.1. Penentuan Pola Tanam
Tomat dapat ditanam dengan 2 macam jarak tanam yaitu dengan sistem dirempel dan sistem bebas.

1. Sistem dirempel
Jarak tanam sistem ini adalah 50 cm x 50 cm atau 60 cm x 60 cm, bujur sangkar atau segitiga sama sisi. Cara menanam dengan sistem ini maksudnya yaitu tunas-tunas yang tumbuh diambil (dipotong) sedini mungkin, sehingga tanaman hanya memiliki satu batang tanpa cabang.

2. Sistem bebas
Ukuran jarak tanam sistem bebas adalah 80 cm x 100 cm; 80 cm x 80 cm; 80 cm x 100 cm; 100 cm x 100 cm. Bentuk yang digunakan dapat berupa bujur sangkar, segipanjang atau segitiga sama sisi. Selain itu dapat juga dibuat antar barisan berjarak 100 cm, dan dalam barisan berjarak 50-60 cm. Cara menanam dengan sistem ini bertujuan membiarkan tunas-tunas yang tumbuh menjadi cabang-cabang besar dan dapat berubah.

3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Bedengan yang telah dipersiapkan untuk penanaman bibit, sehari sebelumnya hendaknya diairi terlebih dahulu supaya basah. Kemudian pada bedeng yang telah tertutup mulsa plastik dibuat lubang tanam dengan diameter 7-8 cm sedalam 15 cm. Lubang-lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan.


2.2. Cara Penanaman
Penanaman dapat dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau pakailah mulsa plastik hitam perak atau kertas alumunium.Mulsa tersebut harus sudah dipasang di bedengan sebelum bibit ditanam. Apabila tomat ditanam pada musim hujan pasanglah lebih dahulu atap plastik transparan (tembus cahaya) pada bedengan yang akan ditanami.



3. PEMELIHARAAN TANAMAN

3.1. Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang pertumbuhannya tidak normal, misalnya tumbuh kerdil. Penyulaman sebaiknya dilakukan seminggu setelah tanam. Namun jika satu minggu sudah terlihat adanya tanaman yang mati, layu, rusak atau pertumbuhannya tidak normal, penyulaman sebaiknya segera dilakukan. Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam penyulaman adalah bibit yang digunakan. Bibit yang digunakan untuk menyulam diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya bersamaan dengan bibit lain yang bukan bibit cadangan.

Cara penyulamannya adalah apabila tanaman yang telah mati, rusak, layu, atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru ditempat tanaman terdahulu, dibersihkan dan diberi Furadan 0,5 gram bila dipandang perlu. Setelah itu, bibit yang baru ditanam pada tempat tanaman terdahulu dengan cara penanaman bibit terdahulu.

3.2. Penyiangan
Gulma yang tumbuh di areal penanaman tomat harus disiangi agar tidak menjadi pesaing dalam mengisap unsur hara. Gulma yang terlalu banyak akan mengurangi unsur hara sehingga tanaman tomat menjadi kerdil. Gulma juga dapat menjadi sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman tomat. Pemberian mulsa plastik atau daun-daunan akan mengurangi gulma. Waktu penyiangan dapat dilakukan 3-4 kali tergantung kondisi kebun.

3.3 Pembumbunan
Tujuan pembubunan adalah memperbaiki peredaran udara dalam tanah dan mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada di dalam tanah sehingga perakaran tanaman akan menjadi lebih sehat dan tanaman akan menjadi cepat besar. Tanah yang padat harus segera digemburkan. Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

3.4.Perempalan
1. Tunas yang tumbuh di ketiak daun harus segera dirempel/dipangkas agar tidak menjadi cabang. Perempalan paling lambat dilakukan 1 minggu sekali. Pada tanaman tomat yang tingginya terbatas, perempalannya harus dilakukan dengan hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel supaya tanaman tidak terlalu pendek.

2. Perempalan yang baik dilakukan pada pagi hari agar luka bekas rempalan cepat kering dengan cara: ujung tunas dipegang dengan tangan yang bersih, lalu digerakkan ke kanan kiri sampai tunas tersebut lepas. Apabila terlambat merempel, tunas akan cabang yang besar dan sukar putus.

3. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunting tajam yang bersih.

4. Ketinggian tanaman tomat dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah sudah mencapai 5-7 buah.

3.5. Pemupukan
Pemupukan bertujuan merangsang pertumbuhan tanaman. Tata cara pemupukan adalah:

1. Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu setelah ditanam, harus segera diberi pupuk buatan. Dosis pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman antara 1-2 gram. Pemupukan dilakukan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian pupuk ditutup tanah dan disiram dengan air. Pupuk Urea dan KCl tidak boleh mengenai tanaman karena dapat melukai tanaman.

2. Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman berumur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl sebanyak ± 5 gr. Pemupukan dilakukan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan dalamnya ± 1 cm kemudian pupuk ditutup tanah dan disiram dengan air.

3. Bila pada umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk lagi dengan Urea dan KCl sebanyak 7 gram. Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh yaitu ± 7 cm.

3.6. Penyiraman dan Pengairan
Kebutuhan air pada budidaya tanaman tomat tidak terlalu banyak, namun tidak boleh kekurangan air. Pemberian air yang berlebihan pada areal tanaman tomat dapat menyebabkan tanaman tomat tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit. Kelembaban tanah yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan patogen sehingga tanaman tomat dapat mati keracunan karena kandungan oksigen dalam tanah berkurang. Pori-pori yang terisi oleh air mendesak oksigen keluar dari dalam tanah sehingga tanah menjadi anaerob yang menyebabkan proses oksidasi berubah menjadi proses reduksi. Keadaan tanah yang demikian menyebabkan kerontokan bunga dan menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlebihan sehingga mengurangi pertumbuhan dan perkembangan generatif (buah).

Kekurangan air yang berkepanjangan pada pertanaman tomat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pada stadia awal, mengakibatkan pecah-pecah pada buah apabila kekurangan air terjadi pada stadia pembentukan hasil dan dapat menyebabkan kerontokan bunga apabila kekurangan air terjadi selama periode pembungaan.

3.7. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah tanaman tomat roboh. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Ajir (lanjaran) terbuat dari bambu atau kayu dengan panjang antara 100-175 cm, tergantung dari varietasnya. Untuk penanaman dalam green house yang modern dapat menggunakan tali (warna putih) seperti yang terlihat dalam gambar sebelah.

2. Pemasangan ajir dilakukan sedini mungkin, ketika tanaman masih kecil akar masih pendek, sehingga akar tidak putus tertusuk ajir. Akar yang luka akan memudahkan tanaman terserang penyakit yang masuk lewat luka. Jarak ajir dengan batang tomat ± 10-20 cm.

3. Cara memasang ajir bermacam-macam, misalnya ajir dibuat tegak lurus atau ujung kedua ajir diikat sehingga membentuk segitiga. Agar tidak dimakan rayap, ajir diolesi dengan ter atau minyak tanah.

4. Tanaman tomat yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir. Pengikatan jangan terlalu erat yang penting tanaman tomat dapat berdiri. Pengikatan dilakukan dengan model angka 8 sehingga tidak terjadi gesekan antara batang tomat dengan ajir yang dapat menimbulkan luka. Tali pengikat, misalnya tali plastik harus dalam keadaan bersih. Setiap bertambah tinggi ± 20 cm, harus dilakukan pengikatan lagi agar batang tomat selalu berdiri tegak.



4. PANEN

4.1. Ciri dan Umur Panen
Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah tanam tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang tergolong indeterminatre memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya. Penentuan waktu panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti: keadaan iklim setempat dan tanah.

Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yakni sebagai berikut :

a) kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan.
b) bagian tepi daun tua telah mengering.
c) batang tanaman menguning/mengering.

Waktu pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang dipanen. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan temperatur dalam buah tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air) dalam buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih pendek.

4.2. Cara Panen

Cara memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara hati-hati hingga tangkai buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu per satu dan dipilih buah yang sudah matang. Selanjutnya, buah tomat yang sudah terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang untuk dikumpulkan di tempat penampungan. Tempat penampungan hasil panen tomat hendaknya dipersiapkan di tempat yang teduh atau dapat dibuatkan tenda di dalam kebun.

4.3. Periode Panen

Pemetikan buah tomat tidak dapat dilakukan sampai 10 kali pemetikan karena masaknya buah tomat tidak bersamaan waktunya. Pemetikan buah tomat dapat dilakukan setiap selang 2-3 hari sekali sampai seluruh tomat habis terpetik.



~~~~~NS, 2020~~~~~

Budidaya Padi Gogo



TEKNIK BUDIDAYA

A. Pemilihan Varietas

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan varietas padi gogo untuk diusahakan di suatu daerah antara lain adalah :

1. Kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, iklim),
2. Umur tanaman yang erat kaitannya dengan curah hujan yang ada dan pola tanam,
3. Ketahanan terhadap hama dan penyakit,
4. Produktivitas.

Sedangkan syarat benih yang baik:
1. Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
2. Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
3. Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
4. Daya perkecambahan >80%.

Selengkapnya dapat didownload disini

Jenis-Jenis OPT Pada Tanaman Tomat

Hama merupakan hal yang paling ditakutkan oleh petani tomat. Pasalnya hama dapat mengganggu pertumbuhan tomat. Akibatnya jika tanaman tomat diserang oleh hama adalah tanaman tomat dapat saja tidak berproduktivitas tinggi lagi atau bahkan tanaman tomat dapat saja mati.

Hama dapat menyerang tanaman tomat bukan karena tidak ada sebab. Penyebab dari adanya hama adalah karena gulma tidak pernah disiangi atau dibersihkan.

Selain itu, genangan air yang diakibatkan dari penyiraman yang terlalu berlebihan juga menjadi penyebab dari serangan hama.

1. Kutu daun thrips tomat



Ciri-ciri dari kutu daun thrips adalah memiliki panjang 1 mm dan berwarna hitam. Kutu daun thrips ini menyerang bagian daun tanaman. Akibatnya proses fotosintesis pada tanaman akan terganggu karena proses fotosintesis terganggu atau bahkan terhenti.

Kutu daun thrips menghisap cairan pada daun tanaman. Tanda-tanda dari serangan kutu daun thrips adalah daun tanaman akan berubah warna menjadi putih. Serangan yang sudah parah akan mengakibatkan daun menjadi kering dan lama kelamaan akan mati.

Bagaimanakah cara membasmi hama kutu daun thrips ini?

Cara mengendalikannya adalah dengan cara menyemprotkan cairan insektisida sesuai dengan dosis. Sedangkan untuk pencegahan serangan hama ini adalah dengan membersihkan gulma disekitar tanaman tomat karena kutu daun thrips kebanyakan berlindung pada gulma.


2. Ulat buah tomat



Ulat buah tomat ini menyerang bagian daun, bunga, dan buah tanaman tomat. Ciri-ciri dari hama ulat buah tomat adalah memiliki panjang tubuh sekitar 3 cm.

Warna tubuh dari ulat ini adalah cokelat hingga hitam. Tubuhnya diselubungi oleh bulu-bulu halus. Yang akan terjadi jika ulat buah tomat ini menyerang salah satu bagian tanaman seperti buah tomat adalah munculnya lubang yang mengelilingi buah. Lama kelamaan buah tomat akan mengalami infeksi dan terjadi busuk lunak.

Pengendalian ulat buah tomat ini dapat dilakukan dengan memasang perangkat yang memiliki cahaya ultraviolet, membunuh telur beserta ulatnya, dan membersihkan tanaman liar di sekitar tanaman tomat.


3. Kutu daun aphids hijau pada tomat




Kutu daun aphis hijau lebih sering disebut dengan kutu hijau. Ciri-ciri dari kutu hijau adalah memiliki panjang tubuh 2 mm. Warna tubuhnya adalah cokelat hingga hitam.

Kutu daun hijau ini biasanya menyerang bagian bawah daun tanaman tomat. Tanda-tanda dari serangan kutu daun hijau adalah tanaman menjadi kerdil, daun menjadi jelek dan mengeriting. Lama kelamaan daun menjadi rapuh dan akhirnya rontok. Kutu hijau merupakan penyalur virus. Itu berarti tanaman tomat akan terserang penyakit virus.

Penyakit virus termasuk penyakit yang dapat mematikan. Apabila kutu daun hijau ini tidak segera dibasmi, maka akan mengakibatkan tanaman menjadi mati.

Kutu hijau ini dapat dikendalikan dengan menjaga kebersihan areal budidaya dari tanaman inang. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamectin.

4. Ulat Tanah (Agrotis ipsilo Hufn)




Serangan hama ini di tandai dengan terpotongnya tanaman pada bagian pangkal batang yang akan menyebabkan tanaman menjadi mati dan rusak.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi kebun atau lahan selain itu juga dapat dengan melakukan peyemprotan dengan insektisida sesuai dengan dosis.


5. Lalat Buah (Bactrocera sp)


Hama ini berukuran sekitar 8 mm denga warna tubuh hijau kehitaman dan memiliki sayap tranparan. Sedangkan saat belatung muda berwarna putih dan kekuningan jika menjelang dewasa pada daging tomat.

Tomat yang terserang hama ini akan mengalami pembusukan dan terdapat belatung di dalamnya.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pengolahan dengan cara yang baik dan benar, membuat perangkap, namun jika sudah terlanjur terserang dapat dilakukan pemetikan tomat lalu membakarnya agar tidak menyebar pada buah yang lainnya.


6. Ulat Grayak ( Spodoptera liture F )


Tanaman tomat yang terserang hama ini di tandai dengan permukaan daun atas akan berlubang dan tulang daun akan rusak sehingga daun tidak beraturan atau tidak rata.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemangkasan daun yang terserang atau dengan cara melakukan penyemprotan dengan insektisida sesuai dengan dosis.



~~~~~NS, 2021~~~~~

Budidaya Tanaman Talas





PENDAHULUAN

Talas (Calocasia esculenta L. Schott), merupakan tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat yang banyak digemari masyarakat. Selain sebagai sumber karbohidrat non beras yang terkandung dalam umbi, daun talas juga mengandung protein.Kandungan protein daun talas lebih tinggi dari umbinya. Pada talas bogor, talas semir dan bentul kandungan protein kasar berat kering daun adalah 4,24%-6,99% sedangkan umbinya sekitar 0,54%-3,55% (Pinus Lingga, dkk., 1989).

Talas juga dapat diambil tepungnya dan bisa digunakan sebagai tepung terigu, di Philipina dan Kamboja talas dibuat kue, di Brazil dijadikan roti. Di Indonesia daun talas dapat dijadikan sayuran terutama di daerah pedesaan, makanan khas yang dibuat dari daun talas adalah buntil. Pengunaan talas yang lain adalah sebagai obat tradisional. Bubur akar rimpang talas dipercaya sebagai obat encok, cairan akar rimpang juga digunakan untuk obat abses, sedangkan getah daun talas sering digunakan untuk menghentikan perdarahan dan obat bengkak. Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram umbi talas seperti disajikan pada Tabel 1.

Talas semir merupakan talas unggulan di Kabupaten Sumedang, komoditi ini memiliki potensi untuk dikembangkan baik dalam rangka agribisnis maupun diversifikasi pangan. Talas ini digemari konsumen karena rasa umbinya yang enak, dan dapat dikonsumsi menjadi aneka olahan pangan seperti kripik talas, talas rebus dan talas goreng.


TEKNIK BUDIDAYA

A. PENYIAPAN BIBIT

Talas semir diperbanyak secara vegetatif dengan tunas/anakan/sulur yang keluar dari umbi atau potongan umbi. Bibit dikumpulkan dan dipilih dari anakan/sulur yang tumbuh disekitar tanaman induk yang telah berumur 5-7 bulan yaitu tunas kedua dan ketiga. Anakan atau sulur yang telah dipisah dari umbi induk tidak langsung ditanam dilapangan, tetapi ditanam dipersemaian. Tempat pesemaian pada umumnya tanah-tanah lembab di pinggir kolam, lahan sawah dll. Pemindahan bibit dari pesemaian pada umumnya dilakukan setelah bibit berdaun 2-3 lembar.

Bibit talas dari pesemaian digali, akarnya dikurangi sebagian dan daun dipotong sehingga tinggal daun termuda yang masih kuncup. Bagian bawah umbi dipotong, dengan menyisakan umbi dipangkal batang, bersama dengan akar akarnya. Bibit talas yang baik adalah umbi yang memiliki diamater lebih besar dari 65 mm.

a. Besar, garis tengah umbi lebih dari 65 mm

b. Sedang, garis tengah umbi antara 51-60 mm

c. Kecil, garis tengah umbi kurang dari 45 mm


B. PENGOLAHAN TANAH

Talas ditanam pada musim kemarau di sawah, dan di tegalan atau pekarangan pada musim penghujan. Lahan yang akan ditanami dicangkul dulu sebaik mungkin atau dibajak. Setelah dicangkul atau dibajak, tanah dihaluskan lagi dengan pencangkulan yang kedua. Saluran pembuangan dibuat sepanjang tepi dengan memotong bagian tengah lahan. Ini perlu untuk membuat lahan menjadi kering serta memudahkan pembuangan air jika berlebihan. Persiapan lahan dan lubang tanaman dilakukan 1 – 2 minggu sebelum tanam.


C. PENANAMAN

Penanaman talas semir pada umumnya dilakukan awal musim penghujan. Bibit ditanam pada lubang tanaman ukuran 30 x 30 x 30 cm. Pada lubang tanaman ditambahkan pupuk kandang yang sudah matang dan dicampur bersama tanah. Bibit ditaman pada lubang pertanaman yang sudah disiapkan dalam guludan, jarak tanam 100 x 50 cm, 75 x 75 cm atau 100 x 25 cm dan diantara guludan dibuat parit draenase dengan ukuran 30 x 30 cm. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung dari jarak tanam yang digunakan . Untuk pertanaman dengan jarak tanam 100 x 100 cm diperlukan sekitar 10.000 bibit, sedangkan 75 x 75 cm sebanyak 18.000 bibit.


D. PEMELIHARAAN

1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan paling lambat tanaman berumur 15 hari setelah penanaman. Penyulaman dilakukan sesegera mungkin agar perkembangan tanaman bisa seragam dan panen dilakukan pada waktu yang sama. Bibit yang digunakan untuk penyulaman berukuran sama dengan bibit yang digunakan sebelumnya

2. Penyiangan/pembumbunan

Penyiangan dilakukan apabila populasi gulma sudah cukup tinggi dan diperkirakan dapat menyebabkan penurunan hasil serta menjadi sumber infeksi hama/ penyakit. Pembumbunan dilakukan secara bertahap setiap bulan sampai fase berumbi, agar diperoleh umbi yang besar dan bermutu. Apabila anakan/tunas banyak yang tumbuh maka perlu dibuang sebagian. Sebaiknya hanya ditinggalkan 1-2 tunas saja per rumpun tanaman agar pertumbuhannya baik.

3. Pengairan

Pada lahan kering budidaya talas semir umumnya dilakukan pada musim penghujan, sehingga harus dijaga agar lahan tetap dapat membuang air secara tuntas. Oleh karena itu pada setiap bedengan perlu dibuat parit draenase disekeliling dan bagian tengahnya.

Pada penanaman yang dilakukan musim kemarau di sawah, talas diairi dengan cara penyiraman dan pengairan atau dengan cara menggenangi lahan selama semalam, kemudian air dibuang melalui parit draenase. Pemberian air dilakukan satu dua hari sebelum atau sesudah pemberian pupuk buatan.

4. Pemupukan

Pupuk organik yang digunakan berupa kompos dan atau pupuk kandang sebanyak 1 kaleng/lubang tanaman. Pupuk Urea, TSP/SP-36 dan KCl diberikan berturut-turut dengan dosis 100 kg, 120 kg dan 100 kg/ha. Separuh pupuk itu diberikan pada waktu tanam dan separuh lagi diberikan pada waktu berumur 3-4 bulan . Pupuk ini umumnya diberikan dengan cara ditugal pada jarak 5 cm dari tanaman sedalam 5 cm.


5. Pengendalian OPT

Secara umum talas semir relatif tidak banyak mendapat gangguan OPT sehingga petani melakukan pengendalian OPT dengan cara yang sangat sederhana bahkan hampir tidak pernah menggunakan pestisida.

a. Hama

Hama yang banyak menyerang tanaman talas adalah ulat (lundi) yang merusak perakaran dan kulit luar umbi. Tanaman yang terserang menunjukan gejala layu daun. Pengendalian cara mekanis dilakukan pada saat membumbun dengan mencari dan membunuh ulat satu persatu.

b. Penyakit

Penyakit yang biasa menyerang talas adalah bercak daun. Permukaan atas daun yang terserang kelihatan bercak-bercak coklat, kemudian secara perlahan-lahan tanaman menjadi kering. Pengendalian dilakukan dengan cara membuang bagian yang terserang dan membakarnya atau menggunakan fungisida.


PANEN

Talas sudah dapat dipanen umur 6 – 7 bulan, yang ditandai dengan mengeringnya daun. Pemanenan dilakuan dengan cara memangkas daun dan menyisakan pelepah sepanjang 30 cm, kemudian dibongkar dengan cara menggali tanah di sekitarnya.

Materi Dinamika Kelompok


Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari beberapa individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara timbal balik dan nampak jelas antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Menurut Peter Salim dalam Syamsiah Marzuki (1999), Dinamika berasal dari kata dynamics yang berarti bergairah atau punya semangat untuk bekerja. Dengan demikian pengertian dinamika kelompok yaitu kelompok yang selalu memiliki gairah dan semangat untuk bekerja. (https://agronomipertanian.blogspot.com)

Adapun tujuan dari dinamika kelompok yaitu:
1. Meningkatkan proses interaksi antara anggota kelompok.
2. Meningkatkan produktivitas anggota kelompok.
3. Mengembangkan kelompok ke arah yang lebih baik, labih maju.
4. Meningkatkan kesejahteraan hidup anggotanya.

Sedangkan manfaat dinamika kelompok yaitu:
1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
2. Memudahkan segala pekerjaan.
3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga lebih cepat, efektif dan efisien.
4. Menciptakan iklim demokratis dalam masyarakat.

Materi dinamika kelompok dapat didownload disini

PTT Padi Sawah


PENDAHULUAN

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah merupakan sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi padi. Hal ini dilatarbelakangi karena beras sebagai bahan pangan yang berasal dari padi merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang strategis untuk dikembangkan.

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani padi sawah dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang dan dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Selengkapnya dapat didownload disini

Beragam bahan dan cara pembuatan MOL


PENGERTIAN MOL DAN JENIS-JENIS MOL

MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal, yang artinya cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme. Berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik maupun tambahan nutrisi bagi tanaman, yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang tersedia sekitar kita.

Bahan-bahan yang dikembangkan adalah bahan berupa zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan zat yang mampu mendorong perkembangan tanaman.

Adapun bahan yang digunakan untuk mengembangkan mikro organisme lokal (MOL) diantaranya :

Selengkapnya dapat download disini