~~~ Selamat Datang di Website Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tanjungsari Sumedang, Semoga Website Ini Bermanfaat ~~~ Sumedang SIMPATI (Sejahtera, Agamis, Maju, Profesional, Kreatif) ~~~ Sumedang MELESAT (Melayani Lebih Berkualitas dan Cepat) ~~~ Peran Kostratani : 1. Pusat Data dan Informasi, 2. Pusat Gerakan Pembangunan Pertanian, 3. Pusat Pembelajaran, 4. Pusat Jejaring Kemitraan, 5. Pusat Konsultasi Agribisnis ~~~ Core Value ASN BerAKHLAK (Berorientasi Palayanan, Akuntabel, Kompeten, Hamonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)~~~Selamat Hari Raya Idul Fitri 1424 H~~~

PENILAIAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) BERPRESTASI

Kegiatan Presentasi dalam rangka penilaian BPP berprestasi di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat

LABORATORIUM LAPANG PENYULUH

Sarana bagi para penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan teknologi pertanian yang akan disuluhkan pada petani binaan

KONSEP PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN P2L

P2l bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan pangan dan pendapatan keluarga

PERAN KOSTRATANI

Lima peran Kostratani dalam Pembangunan Pertanian

SEKOLAH LAPANGAN (SL) IPDMIP

Kegiatan Sekolah Lapangan (SL) IPDMIP Padi Sawah Di Kelompok Tani Medal Harapan Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari

PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) KWT HIKMATUSSALAM

Kegiatan Pengelolaan Lahan Demplot kegiatan P2L KWT Hikmatussalam Desa Kadakajaya

ADAPTASI VUB KEGIATAN SEKOLAH LAPANG IPDMIP

Penggunaan benih padi varietas Mekongga pada kegiatan Laboratorium Lapang (LL) SL IPDMIP Padi sawah di Kecamatan Tanjungsari

SOSIALISASI KARTU TANI

Kegiatan sosialisasi penggunaan kartu tani pupuk bersubsidi tingkat Kecamatan Tanjungsari

DEMPLOT BUDIDAYA TANAMAN PORANG

Kegiatan demplot usahatani tanaman porang di Kelompok Tani Mekar Mukti Desa Kadakajaya

DEMPLOT BUDIDAYA PADI HITAM

Kegiatan demplot usahatani padi hitam di Kelompok Tani Bibilitik 2 Desa Kutamandiri

PERAN PENYULUH DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUKIKASI (TIK)

Tuntutan peran penyuluh di era Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang semakin maju

SOSIALISASI PEMBENTUKAN KORPORASI PETANI

Kegiatan sosialisasi dalam rangka pembentukan korporasi petani ubi jalar se Kecamatan Tanjungsari

SUMEDANG SIMPATI

Sumedang yang Sejahtera Masyarakatnya, Agamis Ahlaqnya, Maju Daerahnya, Profesional Aparatnya dan Kreatif Ekonominya

Teknis Budidaya Bayam Cabut


Persiapan Benih

Sayuran bayam ini dikembangkan dengan menggunakan biji. Biji bayam ini yang dapat dijadikan sebagai benih harus cukup tua kurang lebih 3 bulan. Benih yang muda memiliki daya simpan yang tidak lama serta tingkat perkecambahannya sangat rendah. Benih bayam yang tua ini bisa disimpan hingga selama satu tahun. Benih bayam ini tidak mempunyai masa dormasi serta kebutuhan benih ialah sebanyak 5 sampai dengan 10 kg hektar atau 0,5 sampai dengan 1 gram per meter perseginya. Varietas yang dianjurkan untuk pembudidayaan bayam ini ialah Giti Hijau, Kakap Hijau, Giti Merah, Cimangkok serta Bangkok.


Menyiapkan lahan

Lahan dicangkul dengan kedalaman 20 sampai dengan 30 cm agar menjadi gembur. Kemudian buatlah bedengan dengan arah yang membujur yaitu dari barat ke timur supaya bisa mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan ini sebaiknya 100 cm, dengan ketinggian 30 cm serta panjang sesuai dengan kondisi lahan. Ajrak antar bedengan ialah 30 cm.


Proses pemupukan

Setelah bedengan ini diratakan, sebelum 3 hari sebelum ditanami maka berikan pupuk dasar menggunakan pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis yang digunakan adalah 20.000 kg / ha atau menggunakan pupuk kompos organik hasil dari fermentasi atau kotoran ayam yang sudah difermentasikan dengan penggunaan dosisnya ialah 4 kg / meter persegi. Sebagai starter tambahan Urea 105 kh per ha atau 15 gram per meter persegi aduk menggunakan air serta siramkan pada tanaman pada saat sore hari setelah 10 hari penaburan benih, apabila perlu maka berikanlah pupuk cair 3 liter / ha atau 0,3 ml per meter persegi pada usia 2 minggu setelah penaburan benih bayam ini.


Penaburan atau penanaman benih bayam

Penanaman atau penaburan benih ini bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
Ditebar langsung diatas bedengan, caranya biji dicampurkan dengan pupuk kandang yang sudah dihancurkan serta ditebarkan dengan merata pada atas bedengan.
Ditebar pada barisan atau larikan dengan jarak 10 sampai dengan 15 cm, lalu ditutup dengan menggunakan lapisan tanah.
Disemai apabila telah tumbuh sekitar 10 hari, bibit bayam ini dibumbun serta dipelihara selama kurang lebih 3 minggu, kemudian dipindahkan ke bedengan dengan jarak tanamnya 50 cm x 30 cm. Ini dilakukan biasanya pada bayam jenis petik.


Pemeliharaan Bayam

Bayam yang jarang sekali terkena penyakit yang ditularkan dari dalam tanah ini ialah bayam cabut. Bayam ini bisa berproduksi dengan sangat baik apabila kesuburan pada tanah ini selalu dipertahankan seperti dengan cara pemupukan organik yang teratur serta air yang cukup. Untuk tanaman muda hingga satu minggu setelah tanam memerlukan air hingga 4 1/m2/hari serta menjelang dewasa tanaman ini memerlukan air sekitar 8 1/m2/hari.


Pengendalian Organisme Penggangu

Jenis hama yang biasa menyerang tanaman bayam ini adalah ulta daun, penggorok daun, kutu daun serta belalang. Penyakit yang biasa dijumpai pada bayam ini ialah rebah kecambah atau dengan nama lainnya Rhizoctonia solani serta penyakit karang putih atau Albugo sp. Cara pengendalian Opt ini menggunakan pestisida yang aman serta mudah terurai misalnya pestisida biologis, pestisida piretroid sintetik atau pestisida nabati. Cara menggunakan pestisida ini haruslah benar mulai dari pemilihan jenis, volume semprot, dosis, interval, waktu aplikasi serta cara aplikasi.


Panen Bayam

Bayam cabut biasa dipanen jika tinggi tanaman ini sudah mencapai 20 cm, saat umur 3 sampai dengan 4 minggu setelah masa tanam. Tanaman bayan ini bisa dicabut sampai dengan akarnya atau dipotong pangkalnya. Untuk bayam petik biasanya bisa dipanen pada umur 1 sampai dengan 1.5 bulan dengan pemetikan yang dilakukan seminggu sekali.


Pasca Panen Bayam

Tempatkan bayam yang baru panen ini ditempat yang teduh atau dengan merendam bagian akar di air serta proses pengiriman produk harus secepat mungkin agar kesegaran bayam tetap terjaga.

Membuat Biopestisida dari Ekstrak Daun Tembakau


Pestisida hayati atau biopestisida merupakan segala jenis bahan yang berasal dari makhluk hidup seperti tanaman (disebut pestisida nabati) dan mikroorganisme (disebut pestisida hayati), yang memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan atau mematikan hama atau mikroorganisme penyebab penyakit. Biopestisida memiliki kandungan senyawa organik yang mudah terdegradasi oleh alam. Biopestisida cocok digunakan pada tanaman untuk pencegahan sebelum terjadinya serangan hama dan penyakit. Efektivitas dari bahan nabati dan hayati biopestisida bergantung kepada jenis penyakit sasaran dan faktor lingkungan.

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biopestisida adalah tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.). Daun tanaman tembakau mengandung 2-8% nikotin. Kandungan nikotin tanaman tembakau yang cenderung tinggi mampu mengusir hama dan menghambat penyaki Nikotin tembakau merupakan salah satu metabolit sekunder berjenis alkaloid yang memiliki sifat racun apabila digunakan sebagai insektisida, fungisida, akarisida, dan molusksida. Selain mengandung nikotin yang tinggi, daun tembakau juga mengandung senyawa antimikroorganisme seperti saponin, flavonoid, dan polifenol. 

Cara pembuatan biopestisida daun tembakau dimulai dengan proses penghalusan daun tembakau, lalu daun yang sudah halus dipindahkan ke dalam wadah dan diberikan air, lalu direndam di dalam air selama 6 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan ekstrak daun tembakau menggunakan saringan. Larutan biopestisida daun tembakau dimasukkan ke dalam botol semprot dan siap digunakan.

Biopestisida daun tembakau memiliki kelebihan antara lain: (1) lebih mudah terurai oleh alam sehingga dampak racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama di alam bebas, (2) residu biopestisida tembakau tidak bertahan lama pada tanaman sehingga tanaman yang disemprot lebih aman untuk dikonsumsi, dan (3) dari segi ekonomi, penggunaan biopestisida memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.

Jenis-jenis Sistem Hidroponik


Hidroponik adalah salah satu metode yang digunakan untuk menanam berbagai bentuk tanaman dengan tanpa menggunakan tanah dan hanya mengandalkan media air yang telah dicampur dengan larutan mineral dan nutrisi lainnya. Beberapa jenis nutrisi yang dipakai untuk tanaman yang ditanam secara hidroponik adalah seperti menggunakan pupuk yang berasal dari hewani atau menggunakan pupuk kimia seperti urea yang telah dilarutkan.

Dilansir dari Fresh Water Systems, inilah 8 jenis sistem hidroponik yang bisa digunakan antara lain :

1. Sistem Wick

Sistem hidroponik wick adalah salah satu metode hidroponik yang paling mudah dan sederhana untuk dilakukan. Dalam sistem wick, tanaman akan ditempatkan pada sebuah wadah yang diletakkan tepat pada sebuah tempat penyimpanan air. Wadah penyimpanan air tersebut sebelumnya sudah diberikan larutan nutrisi seperti pupuk dan penyubur tanaman. Sistem ini bisa dibuat dengan mudah hanya dengan menggunakan tali atau kain wol dan wadah yang terbuat dari plastik.

Sistem wick ini menggunakan metode yang bernama kapiler yang di mana tali atau kain akan menyerap air secara perlahan layaknya sebuah spons dan akan langsung mentransfer air dan nutrisi tersebut pada tanaman yang ditanam. Menanam tanaman hidroponik dengan menggunakan sistem wick memang membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama dan membatasi jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam. Metode ini juga cocok digabungkan dengan sistem aerasi agar tanaman bisa mendapatkan oksigen lebih banyak.

2. Sistem Deep Water Culture

Sistem hidroponik yang selanjutnya adalah sistem deep water culture. Metode ini cukup sederhana karena tanaman yang akan Anda tanam cukup dimasukkan ke dalam air aerasi. Metode ini merupakan salah satu metode hidroponik yang paling sederhana dan paling populer digunakan oleh banyak orang. Banyak yang beranggapan bahwa metode ini merupakan sistem hidroponik yang paling tidak repot untuk dilakukan.

Akar dari tanaman  akan selalu berada di bawah permukaan air sehingga akan membutuhkan sistem aerasi yang benar agar tanaman bisa tumbuh secara normal dan cepat. Pasanglah sistem aerasi pada dasar wadah dan mengalirkan udara dari mesin oksigen dengan menggunakan selang karet yang sudah dilubangi agar oksigen bisa terbagi secara merata pada seluruh tanaman.

3. Sistem Aeroponik

Sistem hidroponik yang selanjutnya adalah sistem aeroponik. Metode aeroponik ini menggunakan air yang sudah dikabutkan dan dialirkan pada akar-akar dari tanaman yang sudah disusun dengan cara sedemikian rupa. Metode penanaman ini termasuk salah satu cara yang paling sulit untuk dilakukan dan mahal tetapi tidak memerlukan tempat yang banyak. 

4. Sistem Drip

Metode hidroponik yang selanjutnya adalah sistem drip. Metode ini menggunakan sistem aerasi untuk mengalirkan air yang sebelumnya sudah diberikan nutrisi seperti pupuk dan penyubur tanaman dan akan diteteskan pada akar dan batang tanaman secara berkala. Metode ini memang cukup kompleks karena harus memastikan agar air hasil aerasi yang berlebihan terbuang dan tidak membuat tanaman menjadi busuk karena kelebihan nutrisi. Metode ini juga memungkinkan untuk menanam tanaman yang berukuran besar karena tidak memerlukan banyak tempat untuk mengaliri air pada bagian bawah dari wadahnya.

5. Metode EBB dan Flow

Metode penanaman hidroponik berikutnya adalah EBB dan Flow. Pada metode ini terdapat sebuah timer yang akan mengatur waktu untuk mengaliri air yang sudah diberikan pupuk pada tanaman dalam waktu yang sudah ditentukan. Metode ini juga menggunakan tabung untuk mengaliri air yang berlebih agar tidak merusak tanaman dan buah yang sudah tanam.

6. Metode Nutrient Film

Pada metode nurtrient film, tanaman hidroponik akan secara berkala dialirkan air yang mengandung pupuk dan nutrisi lainnya dengan menggunakan pipa di bawah tanaman yang tanam. Metode ini cukup berbeda dengan cara lainnya karena akar dari tanaman tidak akan terendam di dalam air dan hanya akan dialiri oleh air saja. Metode ini mengharuskan agar akar dari tanaman tidak menutupi aliran air dan menjadikan tanaman lain menjadi kekurangan nutrisi.

7. Metode Bubbleponic

Sesuai dengan namanya, metode ini mengandalkan gelembung udara yang dihasilkan oleh sistem aerasi agar tanaman bisa terus tumbuh dan mendapatkan oksigen dengan cukup. Metode ini juga mengharuskan agar akar dari tanaman tetap berada di dalam air dan sudah dialiri oleh nutrisi agar tanaman bisa tumbuh dengan subur

8. Sistem Fertigasi

Metode yang terakhir bisa gunakan adalah sistem fertigasi. Teknik ini mengharuskan untuk mengalirkan air yang mengandung nutrisi dan unsur hara dengan menggunakan cara irigasi. Dalam sistem ini biaya untuk melakukan pemupukan akan berkurang karena pupuk akan langsung diberikan secara bersamaan dengan penyiraman tanaman. Metode ini juga membuat menjadi lebih berhemat karena pemakaian pupuk akan menjadi berkurang karena akan diberikan pada tanaman dalam jumlah yang sedikit namun secara terus menerus.

Pengendalian Penyakit Bulai Jagung


Penyakit Bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung yang apabila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kehilangan hasil sampai 100%. Peningkatan suhu dan kelembaban akhir-akhir ini diperkirakan akan semakin mempercepat perkembangbiakan dan penyebaran spora bulai melalui media udara, tanah ataupun benih.


CIRI-CIRI

Ciri umum yang ditimbulkan dari serangan bulai adalah munculnya butiran putih pada daun yang merupakan spora cendawan pathogen tersebut. Penyakit ini menyerang tanaman jagung varietas rentan hama penyakit dan umur muda (1-2 Minggu Setelah Tanam = MST) maka kehilangan hasil akibat infeksi penyakit ini dapat mencapai 100% (Puso). Masa kritis tanaman jagung terserang bulai berlangsung sejak benih ditanam hingga usia 40 hari. Sejumlah daerah di Indonesia seperti Bengkayang, Kalimantan Barat, dilaporkan telah menjadi daerah endemic bulai. Upaya pencegahan yang dilakukan petani melalui perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaksil dilaporkan tidak membawa hasil karena adanya efek resistensi atau kekebalan terhadap bahan aktif tersebut.


GEJALA

Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan


PENYEBAB

Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh tiga jenis spesis yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis dan P. Sorghi


PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI

Penyakit bulai sangat ditakuti karena dapat menyebabkan gagal panen (puso). Oleh karena itu petani jagung harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai. Berikut ini adalah beberapa tips dari Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, tentang upaya yang dapat dilakukan petani dalam rangka mengendalikan penyakit bulai sebagai berikut :

- Penggunaan varietas jagung yang tahan terhadap penyakit bulai jagung

- Periode bebas tanaman jagung hal ini dikhususkan kepada daerah-daerah endemik bulai dimana jagung ditanam tidak serempak, sehingga terjadi variasi umur yang menyebabkan keberadaan bulai dilapangan selalu ada, sehingga menjadi sumber inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya.

- Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya.

- Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai dengan menanam tanaman dari bukan sereal.

- Eradikasi tanaman yang terserang bulai.

- Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5 -5,0 g/kg benih.

Kemitraan Usahatani Buncis Kenya


Salah satu fungsi Balai Panyuluhan Pertanian (BPP) Kostratani adalah sebagai Pusat Jejaring Kemitraan. Atas dasar itulah, penyuluh pertanian berkewajiban untuk dapat memfasilitasi terjalinnya kemitraan antara petani dengan pihak lain yang saling menguntungkan.

Sebagai bentuk hasil dari kegiatan fasilitasi kemitraan usaha, maka saat ini telah terjalin kemitraan usahatani di dua kelompok tani di Kecamatan Tanjungsari, tepatnya di kelompok tani Mekar Mukti Desa Kadakajaya dan kelompok Tani Simpati Mukti Desa Cijambu, yaitu kemitraan usahatani tanaman buncis Kenya. 

Buncis Kenya adalah jenis buncis tegak (tidak merambat) yang mempunyai potensi hasil cukup tinggi dengan harga jual yang menjanjikan. Buncis Kenya merupakan komoditi ekspor, juga komoditi yang dipasarkan di pasar-pasar modern (swalayan).



Kemitraan usahatani buncis Kenya oleh kelompok tani Mekar Mukti dan Simpati Mukti telah berlangsung sejak tahun 2021, dengan harga jual produk (harga kontrak) Rp. 10.000,00 per kilogram. Setiap hari permintaan buncis Kenya mencapai 200 kilogram, dan masih belum dapat terpenuhi oleh kedua kelompok tani tersebut. Hal ini menjadikan peluang usaha yang dapat dikembangkan oleh kelompok-kelompok tani yang lainnya melalui kemitraan usaha.


~~~NS~~~





Kaji Terap Budidaya Kubis Menggunakan Pupuk Organik Kreasi Penyuluh

Kegiatan Kaji Terap budidaya tanaman kubis dengan aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) hasil kreasi penyuluh pertanian Kecamatan Tanjungsari







Peran dan Transformasi Penyuluh di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Guna Akselerasi Regenerasi Petani








Tips Bijak Menggunakan Media Sosial


Siapa yang tidak memiliki media sosial ? Di zaman sekarang, media sosial merupakan hal yang sangat umum. Orang-orang mungkin akan merasa aneh jika tidak memiliki satu akun media sosial apapun. Fungsinya yang berawal sebagai media bersosialisasi mengalami perubahan dan peningkatan hingga bisa menjangkau aktivitas seseorang dalam banyak hal.

Saat ini, media sosial yang kita kenal banyak digunakan di Indonesia adalah Whatsapp, Line, Instagram, Facebook, dan Twitter dan juga TikTok. Semakin berkembangnya penggunaan media sosial, banyak terjadi kasus penyalahgunaan hingga perlu untuk diproses menurut hukum yang berlaku.

Media sosial yang sangat banyak di gunakan Di Indonesia, perilaku bersosial media sudah diatur dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik atau sering disebut UU ITE. Beberapa hal yang diatur di antaranya mengenai pencemaran nama baik, penghinaan SARA, dan perdagangan elektronis.

Berikut tips atau langkah-langkah penggunaan media sosial dengan bijak. Yuk simak …

1. Gunakan Sesuai Kebutuhan

Media sosial hadir untuk dapat digunakan dalam berbagai hal, mulai dari hal-hal yang baik hingga hal-hal yang buruk. Seiring pesatnya perkembangan media sosial, meningkat juga kejahatan siber. Maka dari itu, adanya kontrol dari orang tua sangat-sangat dibutuhkan. 

2. Jaga Sikap dan Etika

Tidak hanya dalam kehidupan nyata saja, sikap dan etika juga perlu ditunjukkan saat menggunakan media sosial. Media sosial juga merupakan tempat bertemnuya banyak orang. Maka dari itu, bahasa sopan dan santun terhadap lawan bicara juga perlu diterapkan agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara di media sosial.

3. Ikuti Informasi Yang Bermanfaat

Berkumpulnya orang-orang dari belahan dunia yang berbeda menjadikan ladang informasi yang luas di media sosial. Informasi tersebut dapat berupa informasi yang baik sampai informasi yang kurang penting. Untuk itu, perlu filter untuk mengambil sumber informasi dari media sosial agar informasi yang didapatkan akurat, kredibel, dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Jauhi Toxic Account

Toxic Account adalah akun-akun yang mengimpulsi kita untuk melakukan hal buruk, seperti boros atau marah. Jika hal itu terjadi, berhentilah untuk mengikutinya.

5. Manfaatkan Media Sosial Semaksimal Mungkin

Sebagai media yang bisa digunakan untuk berbagai hal, media sosial bisa menjadi pasar yang efektif untuk memamerkan skill, kemampuan dan kreativitas. Selain itu, opini atau pendapat juga bebas diutarakan di media sosial dengan catatan dapat dipertanggung jawabkan.

Teknis Budidaya Bawang Merah


Bawang merah (Alliumascalonicum L.) merupakan tanaman semusim (berumur pendek) yang dapat diperbanyak secara vegetatif dengan umbi dan generatif dengan biji (True Shallot Seed/TSS). Umbi mini (G1) adalah umbi berukuran kecil (berukuran 2-3 gr) yang dihasilkan sebagai produk benih hasil perbanyakan TSS. Hasil perbanyakan umbi mini yaitu umbi sebar (G2). Keunggulan menggunakan umbi mini sebagai benih diantaranya yaitu memiliki potensi produksi lebih tinggi dibandingkan dengan umbi biasa yang sudah digunakan petani secara terus-menerus dan lebih sehat karena tidak adanya akumulasi patogen tular umbi seperti bakteri, jamur, dan virus.

1. Benih

Benih yang digunakan merupakan umbi mini hasil perbanyakan dari biji/TSS dan merupakan varietas unggul. Kriteria umbi mini untuk bibit, yaitu cukup umur tanaman (70-80 hari) tergantung pada varietas yang ditanam, cukup umur simpan (2-4 bulan), padat atau kompak dan kulit umbinya tidak luka serta warnanya berkilau. Apabila benih bawang merah belum cukup umur simpan (tunas dalam benih masih sekitar 50-60%), dilakukan pemotongan ujung umbi (± 0,5 cm atau 1/3 bagian ujungnya) dengan tujuan untuk memecahkan dormansi.
  1. Kebutuhan benih sebanyak 1200 kg/ha.
  2. Benih bersih dari kulit yang kering atau kotoran.
  3. Untuk mencegah serangan penyakit layu fusarium, dilakukan perlakuan benih sebelum tanam dengan menggunakan fungisida Mankozeb (dosis 100 gr fungisida/100 kg benih dan disimpan dalam karung plastik selama 1-2 hari).
2. Persiapan Lahan
  1. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sehingga siap olah.
  2. Pada lahan bekas padi sawah, tanah diolah dan dibuat bedengan-bedengan terlebih dahulu dengan lebar (1,2-1,5 m) dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan dengan kedalaman parit 50-60 cm dan lebar parit 40-50. Bedengan mengikuti arah Timur – Barat.
  3. Pada lahan dengan pH < 5,6 dilakukan pengapuran menggunakan kaptan/dolomite sebanyak 1-1,5 ton/ha/tahun bersamaan dengan pengolahan tanah yaitu minimal 2 minggu sebelum tanam.
  4. Untuk daerah endemik orong-orong, diberikan insektisida karbofuran dengan dosis 30 kg/ha bersamaan dengan pemberian pupuk organik.
3. Penanaman

Penanaman umbi dengan cara menancapkan atau membenamkan pada bedengan sedalam 3/4 bagian umbi.

4. Pemeliharaan

a. Pemupukan
- Lahan kering/tegalan.
Pupuk dasar berupa pupuk kandang sapi (15-20 ton/ha) atau kotoran ayam (5-6 ton/ha) atau kompos (2,5-5 ton/ha) dan pupuk buatan TSP (120-200 kg/ha). Pupuk dasar diberikan pada 1-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk rata dengan tanah. Pupuk susulan berupa Urea (100-200 kg/ha), ZA (300-400 kg/ha) danj KCl (150-200 kg/ha) dan diberikan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam, masing-masing setengah dosis.

- Lahan sawah.
Pupuk dasar berupa pupuk buatan SP-36 (90 P2O5 kg/ha) yang diberikan pada 1-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk rata dengan tanah. Pupuk susulan sebanyak 180 kg N/ha (1/2 N Urea + 1/2 N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha) yang diberikan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam, masing-masing setengah dosis.

b. Penyiraman
Meskipun tanaman bawang merah tidak menyukai banyak hujan, tanaman ini memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya dengan penyiraman. Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Pada musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujan hanya ditujukan untuk membilas daun tanaman dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada periode kritis yaitu saat pembentukan umbi jangan sampai kekurangan air karena bisa menurunkan produksi. Oleh karena itu perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah.

c. Penyiangan dan pendangiran 

Penyiangan dan pendangiran dilakukan pada saat menjelang pemupukan susulan ke-1 dan ke-2.

d. Pengendalian OPT

Pengendalian menggunakan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu :
- Pengendalian secara kultur teknis, antara lain pemupukan berimbang dan penggunaan varietas tahan OPT, dan penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan pathogen serangga).
- Pengendalian secara mekanik, yaitu dengan pemotongan daun yang sakit atau terdapat kelompok telur Spodoptera exigua, penggunaan kelambu kasa/shading net dan penggunaan jenis perangkap (feromon seks, perangkap kuning, perangkap lampu, dll).

Penggunaan bio-pestisida.
Penggunaan pestisida selektif berdasarkan ambang pengendalian , dengan memperhatikan pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

5. Panen dan Pasca Panen

Bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam (tergantung varietas). Ciri - cirinya adalah pangkal daun sudah lemas jika dipegang, daun (70-80%) berwarna kuning, umbi sudah terbentuk dengan penuh dan kompak, sebagian umbi sudah terlihat di permukaan tanah, umbi berwarna merah tua atau merah keunguan serta berbau khas, dan sebagian besar (>80%) daun tanaman telah rebah.

Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman. Produksi umbi kering mencapai 6-25 ton/ha. Panen sebaiknya dilakukan pada keadaan tanah kering dan cuaca cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang. Untuk mempermudah penanganan, setiap 5-10 rumpun diikat pada sepertiga daun bagian atas.

Umbi dijemur selama 2 minggu di bawah sinar matahari langsung dengan tahapan pertama, pelayuan daun dengan menjemur bagian daun selama 2-3 hari dan kedua, pengeringan dengan cara menjemur bagian umbi bawang merah di bawah sinar matahari langsung selama 7-14 hari, dengan melakukan pembalikan setiap 2-3 hari. Pengeringan dapat juga dilakukan dengan alat pengering khusus (oven) hingga mencapai kadar air 80%.

Kemudian umbi disimpan dalam bentuk ikatan yang digantungkan pada rak-rak bambu. Jika disimpan dalam bentuk “rologan” (umbi dilepas dari daunnya), umbi harus diberi perlakuan dengan semen (100 gr semen untuk 10 kg umbi) untuk menekan pertunasan lalu umbi diletakkan dalam rak-rak anyaman bambu (suhu penyimpanan antara 30-330C, kelembaban nisbi antara 65-70%).

Pengendalian Penyakit Layu Pada Cabai


Penyakit layu merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman cabai. Penanganan yang kurang  tepat dapat menyebabkan tingkat serangan yang tinggi, sehingga kegagalan usahatani tidak dapat dihindarkan. 

Berikut ini dua jenis penyakit layu pada tanaman cabai :

1. Penyakit layu fusarium
Layu fusarium (Fusarium oxysporum) adalah penyakit layu yang disebabkan oleh serangan jamur. Tanda dari serangan penyakit ini, yaitu bagian tanaman yang terserang penyakit tidak berlendir dan tidak berbau. Jika bagian tanaman tersebut dicelupkan ke dalam air selama beberapa menit, tidak terjadi perubahan yang signifikan pada warna air.

Gejala penyakit layu fusarium ialah tanaman akan menjadi layu di siang hari dan segar kembali pada sore hari. Penyakit layu fusarium dapat dikendalikan dengan cara berikut ini.
  1. Pakailah varietas tanaman yang memiliki daya tahan tinggi terhadap penyakit ini.
  2. Berikan fungisida yang mengandung bahan aktif binomil.
  3. Mengendalikan nematoda tanah penyebab timbulnya luka pada akar.
  4. Memanfaatkan tricoderma sebagai agen hayati pengendali jamur.
  5. Mencegah infeksi pada alat pertanian yang digunakan.

2. Penyakit layu bakteri
Layu bakteri (Psedomonas solanacaearum) merupakan penyakit layu yang disebabkan oleh serangan bakteri. Untuk membedakan antara penyakit ini dan penyakit layu fusarium, Anda bisa mencabut tanaman yang sakit lalu memotong bagian akarnya.

Jika penyakit tersebut merupakan penyakit layu bakteri, pada bekas potongan tadi akan berlendir dan berbau. Anda juga bisa mencelupkan bekas potongan tadi ke dalam air, maka tampak seperti asap yang larut di dalam air.

Penyakit layu bakteri lebih berbahaya daripada penyakit layu fusarium karena serangannya berlangsung sangat cepat. Beberapa upaya untuk mengendalikannya sebagai berikut.
  1. Manfaatkan Pseudomonas fluerescens atau Bacillus subtilis sebagai agen hayati.
  2. Pakailah pupuk kandang yang telah masak dan terfermentasi untuk meningkatkan jumlah bakteri baik.
  3. Gunakan pupuk urea dengan dosis yang tepat.
  4. Celupkan bibit tanaman ke dalam bakterisida yang mengandung bahan aktif agrimycin.
  5. Mengatur sistem irigasi di lahan sebaik-baiknya agar tidak terjadi genangan air.

Kenali Jenis-Jenis Pupuk Yang Disubsidi


Sudah banyak diketahui bahwa penggunaan pupuk pada tanaman difungsikan untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan, serta menjaga dari serangan hama. Tidak jarang, petani juga memberikan pupuk agar tanaman bisa menghasilkan buah yang lebih banyak dengan kualitas yang baik sehingga meningkatkan hasil panen. Ada beberapa jenis pupuk bersubsidi yang dipakai oleh kalangan petani dengan manfaat yang berbeda pada tanaman. Agar tidak salah dalam pemberian, ada baiknya pahami dulu kegunaan tiap pupuk bersubsidi yang beredar di pasaran.

1. Urea

Pupuk yang memiliki rumus kimia CO(NH2)2 ini terbuat dari percampuran gas amoniak (NH3) dan gas asam arang. Dalam setiap 100kg pupuk urea mengandung 46kg nitrogen. Pupuk urea yang disubsidi akan memiliki bentuk kristal dengan warna yang beragam antara putih dan merah muda. Dari semua jenis pupuk yang beredar di pasaran, urea menjadi salah satu yang banyak digunakan oleh para petani karena kegunaannya yang sangat bermanfaat baik untuk lahan pertanian maupun budidaya.

Dengan kadar nitrogen yang sangat tinggi pada pupuk bersubsidi ini, membuat pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih cepat. Nitrogen juga membantu tanaman memiliki banyak klorofil sehingga memudahkan proses fotosintesis sehingga menghasilkan tanaman yang berdaun hijau, segar, dan rimbun.

2. SP-36 (super phosphate)

SP-36 memiliki reaksi kimia yang tergolong netral namun mudah terbakar oleh matahari. Pupuk ini sangat bisa digunakan pada berbagai macam jenis tanaman seperti tanaman pangan, perkebunan, dan holtikultura. Sesuai dengan namanya, super phosphate, pupuk SP-36 memiliki peran utama sebagai penambah unsur hara phosphor pada tanaman.

Dengan penambahan pupuk SP-36, tumbuhan akan menghasilkan buah yang lebih banyak sehingga bisa menguntungkan para petani. Pupuk bersubsidi ini juga bisa memperbaiki kualitas biji, merangsang pembelahan tanaman, mempercepat pemasakan buah, menguatkan batang tanaman, dan memperbesar jaringan sel.


3. ZA

Pupuk bersubsidi yang mengandung 21% nitrogen dan 24% sulfur ini memiliki reaksi kerja yang lumayan agak lambat sehingga seringnya digunakan oleh petani sebagai pupuk dasar saja pada tanaman. Pupuk ZA ini sengaja dibuat untuk menambah unsur hara pada tanaman. Manfaatnya dalam dunia pertanian adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman serta menambah nilai gizi pada hasil panen. Pemberian pupuk ZA pada tanaman juga bisa menghindarkannya dari ancaman lingkungan yang bisa merusak seperti hama, kekeringan, dan penyakit.


4. NPK

Pupuk NPK menjadi yang paling banyak memiliki unsur kandungan zat hara yang sangat dibutuhkan tanaman yaitu nitrogen, fosfat, kalium, magnesium, dan kalsium. Hal itulah yang kemudian membuat pupuk NPK digunakan sebagai penyeimbang unsur hara makro dan mikro pada tanah. Manfaat utama pupuk NPK adalah pada pertumbuhan akar tanaman agar lebih kuat, banyak, panjang sehingga mudah menyerap zat hara di tanah. Pupuk NPK juga bisa digunakan untuk mencegah tanaman supaya tidak kerdil.


5. Organik

Pupuk organik terbuat dari bahan alami sisa makhluk hidup seperti pelapukan kayu, sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia. Karena terbuat dari bahan alami, pupuk organik bisa meningkatkan kadar kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah, sehingga bisa meningkatkan produktivitas lahan pertaniannya. Bisa dibilang fokus penggunaan pupuk organik adalah untuk memudahkan proses pengolahan lahan yang dipakai untuk lahan pertanian, mencegah erosi, serta meningkatkan kesuburan tanah.

Dengan adanya berbagai jenis pupuk bersubsidi yang memiliki manfaat serta peran yang berbeda, diharapkan bisa memudahkan petani untuk menghasilkan panen yang menguntungkan. Selain itu, petani juga diberikan keleluasaan untuk memilih pupuk mana yang digunakan pada tanaman produksinya.

Strategi Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat (WBC) Dan Virus Kerdil Rumput Dan Kerdil Hampa


Hama wereng batang coklat (WBC) merupakan hama utama tanaman padi sehingga menjadi hama yang sangat ditakuti petani karena bisa mengakibatkan gagal panen (fuso).WBC merupakan hama r-strategis; menghisap cairan batang tumbuhan padi, dapat berkembang biak dengan cepat, dan cepat menemukan habitatnya serta mudah beradaptasi dengan membentuk biotipe baru. Selain itu, hama ini menularkan juga penyakit virus kerdil hampa (VKH), virus kerdil rumput tipe 1 (VKRT-I) dan virus kerdil rumput tipe 2 (VKRT-2). Pada saat vegetatif VKH menyebabkan daun rombeng, tercabik, koyak, atau bergerigi, terkadang berwarna putih. tumbuh kerdil dengan tinggi 23,8-66,9% tertekan, keluar malai diperpanjang sampai 10 hari. Saat keluar malai tidak normal (tidak keluar penuh), daun bendera terjadi distorsi. Saat pematangan buah tidak mengisi dan menjadi hampa.

Perkembangbiakan WBC

WBC berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah dan tulang daun.Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir.Telur menetas setelah 7-10 hari.Muncul wereng muda yang disebut nimfa dengan masa hidup 12-15 hari dan setelah fase ini menjadi wereng dewasa.Dalam perkembangan hidupnya, wereng batang coklat mempunyai tiga stadium pertumbuhan yaitu stadium telur, nimfa dan dewasa.

Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa adalah 12.82 hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng batang coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng batang coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter.

Pada daerah lain stadium telur membutuhkan waktu antara 7-11 hari. Nimfa yang baru menetas berwarna keputihan dan berangsur menjadi coklat. Stadium nimfa terjadi 5 kali pergantian kulit dan waktu yang dibutuhkan pada masing-masing instar adalah 2-4 hari (lihat gambar 2) Wereng batang coklat dewasa mempunyai dua bentuk, sayap panjang (makroptera) dan sayap pendek (brakiptera). Bentuk makroptera merupakan indikator populasi pendatang dan emigrasi, sedangkan brakiptera populasi penetap.Suhu optimum untuk perkembangan antara 18-280C.

Serangan WBC tanaman Padi

Hama WBC yang berkembang pada tanaman padi ketika membentuk anakan dimulai oleh wereng bersayap panjang yang berpindah dari tempat lain. Jika wereng yang berkembang pada tanaman padi yang berumur 2 atau 3 minggu setelah tanam, maka WBC bisa berkembang biak menjadi dua generasi (Gb.1). Tetapi bila wereng yang menyerang tanaman padi yang

berumur 5-6 minggu setelah tanam, wereng yang berkembang biak hanya satu generasi yang puncak populasinya terjadi pada padi umur 9-10 minggu setelah tanam.

Pengamatan hama wereng harus dilakukan secara intensif dan rutin. Jangka waktu pengamatan minimal 3 hari sekali dan jika ada gejala muncul wereng segera dihitung populasinya.Jika populasi per rumpun 7-9 segera diatasi dengan pengendalian pestisida baik secara hayati maupun kimiawi.



Strategi Pengendalian WBC dan Virus Kerdil

1. Tanam Padi Secara Serentak

Tanam padi secara serentak dalam areal yang luas tidak dibatasi oleh batas administrasi. Wereng coklat imigran terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi oleh sungai atau lautan. Bila suatu daerah panen atau puso maka wereng makroptera (bersayap panjang) akan terbang bermigrasi mencari tanaman muda dalam populasi tinggi, hinggap (landing) dan berkembang biak pada tanaman padi muda. Bila areal tempat migrasi sempit, maka populasi imigran akan padat.

2. Penggunaan Varietas Tahan

Penggunaan varietas tahan disesuaikan dengan keberadaan biotipe wereng coklat yang ada di lapangan. Saat ini, biotipe wereng coklat yang berkembang di lapang didominasi oleh biotipe 3 dan dibeberapa tempat telah ada biotipe 4 sehingga memerlukan varietas unggul baru (VUB) yang memiliki ketahanan terhadap biotipe tersebut. Badan Litbang Pertanian telah menyediakan beberapa VUB yang tahan terhadap biotipe tersebut, yaitu Inpari 13, Inpari 31 dan Inpari 33.

3. Perangkap Lampu (Light traps)

Wereng yang pertama kali datang dipesemaian atau pertanaman adalah wereng makroptera betina/jantan imigran. Pasang lampu perangkap (Gb.2) sebagai alat untuk menentukan kapan datangnya wereng imigran. Alat ini penting untuk mengetahui kehadiran wereng imigran dan dapat menangkap wereng dalam jumlah besar.

Lampu perangkap dipasang pada ketinggian 150-250 cm dari permukaan tanah.Hasil tangkapan dengan lampu 100 watt dapat mencapai 400.000 ekor/malam. Keputusan yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu:

- Wereng-wereng yang tertangkap dikubur
- Keringkan pertanaman padi sampai retak
- Segera setelah dikeringkan, kendalikan wereng pada tanaman padi dengan insektisida yang direkomendasi

4. Waktu Pesemaian Padi

Penetapan waktu pesemaian ditentukan oleh kapan puncak wereng imigran yang tertangkap lampu perangkap. Bila datangnya wereng imigran tidak tumpang tindih antara generasi maka pesemaian hendaknya dilakukan pada 15 hari setelah puncak imigran.

Bila datangnya wereng dari generasi yang tumpang tindih, maka akan terjadi bimodal (dua puncak). Pesemaian hendaknya dilakukan pada 15 hari setelah puncak imigran ke-2.

5. Tuntaskan Pengendalian Pada Generasi 1

Catat waktu puncak populasi imigran awal sebagai generasi nol (G0), maka pada 25-30 hari kemudian akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-1, pda 25-30 hari kemudian akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-2, pada 25-30 hari kemudian akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-3.

Pengendalian wereng yang baik yaitu:
Pada saat ada imigran makroptera generasi nol (G0) dan saat generasi ke 1 (G1) yaitu nimfa-nimfa yang muncul dari wereng imigran
Gunakan insektisida dengan bahan aktif, pymetrozine, dinotefuran, sebaiknya satu jenis insektisida tidak digunakan terus menerus dalam jangka waktu lama.
Pengendalian wereng harus selesai pada generasi ke 1 atau paling lambat pada generasi ke 2.
Pengendalian saat generasi ke 3 tidak akan berhasil.

6. Pengamatan Wereng Coklat di Pertanaman

Pengamatan atau Monitoring wereng coklat pada 1-2 minggu sekali. Ambil contoh 20 rumpun arah diagonal. Hitung jumlah wereng coklat pada minggu ke- i (Ai) dan musuh alami laba-laba + Paederus +Ophionea+Coccinella pada minggu ke-i (Bi) dan Cyrtorhinus pada minggu ke-i (Ci).

7. Penggunaan Insektisida

Penggunaan insektisida harus memperhatikan berbagai factor, antara lain:
Keringkan area sawah sebelum aplikasi insektisida baik yang semprotan atau butiran
Aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada antara pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00, dilanjutkan sore hari. Insektisida harus sampai pada batang padi.
Tepat dosis dan jenisnya yaitu yang berbahan aktif Pymetrozine, dinotefuran.

8. Pengendalian Double Cover

Bila insektisida semprotan yang digunakan tidak atau kurang manjur maka pengendalian wereng coklat perlu didobel dengan memberikan insektisida sistemik melalui akar.

9. Pengendalian Penyakit Virus Kerdil

Sampai saat ini tidak ada virusida atau bahan lain yang dapat dipakai untuk mengendalian penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput (Gb3). Usaha yang dapat dilakukan adalah:
- Kendalikan wereng coklat terutama makroptera/bersayap sampai populasi serendah mungkin
- Hindari kontak inokulum penyakit dengan wereng coklat
- Cabut dan benamkan inokulum penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput


Sumber : BPTP Jawa Barat

Mengenal Macam-Macam Proses Pengolahan Kopi



Beberapa proses pengolahan kopi diantaranya :

NATURAL PROCESS

Proses natural ini juga dikenal dengan dry process. Proses ini termasuk teknik paling tua yang ada dalam sejarah proses pengolahan kopi. Setelah dipanen, ceri kopi akan ditebarkan di atas permukaan alas-alas plastik dan dijemur di bawah sinar matahari. Beberapa produsen kopi kadang menjemurnya di teras bata atau di meja-meja pengering khusus yang memiliki airflow (pengalir udara) di bagian bawah. Ketika dijemur di bawah matahari, biji-biji kopi ini harus dibolak-balik secara berkala agar biji kopi mengering secara merata, dan untuk menghindari jamur/pembusukan.

Pada proses natural, buah kopi yang dikeringkan masih dalam berbentuk buah/ceri, lengkap dengan semua lapisan-lapisannya. Prosesnya yang natural dan alami ini akan membuat ceri terfermentasi secara natural pula karena kulit luar ceri akan terkelupas dengan sendirinya.

Profil rasa umumnya: Proses natural ini dianggap mampu memberi notes ala buah-buahan pada kopi, dengan hints umum seperti blueberry, strawberry atau buah-buahan tropis. Kopi pun cenderung memiliki keasaman (acidity) rendah, rasa-rasa yang eksotis dan body yang lebih banyak.


WASHED PROCESS

Atau yang juga dikenal dengan sebutan wet process. Umumnya, proses ini bertujuan untuk menghilangkan semua kulit-kulit daging yang melekat pada biji kopi sebelum dikeringkan. Setelah dipanen, ceri-ceri kopi biasanya ‘diseleksi’ terlebih dahulu dengan merendamnya di dalam air. Ceri yang mengapung akan dibuang, sementara yang tenggelam akan tetap dibiarkan untuk proses lanjutan karena ceri-ceri demikian dianggap telah matang.

Selanjutnya kulit luar dan kulit daging ceri kopi akan dibuang dengan menggunakan mesin khusus yang disebut depulper (pengupas). Biji kopi yang sudah terlepas dari kulitnya ini kemudian dibersihkan lagi dengan memasukkannya ke dalam bejana khusus berisi air agar sisa-sisa kulit yang masih melekat bisa luruh sepenuhnya akibat proses fermentasi.

Durasi, atau lamanya kopi difermentasi ini berbeda-beda pada setiap produsen. Namun umumnya berkisar antara 24-36 jam tergantung temperatur, ketebalan layer getah pada ceri kopi, dan konsentrat enzimnya. Jika suhu di sekitarnya semakin hangat, maka prosesnya akan semakin cepat pula.

Profil rasa umumnya: Kopi-kopi hasil washed process umumnya memiliki karakter yang lebih bersih, light, sedikit berasa buah, body cenderung ringan dan lembut dengan tingkat keasaman (acidity) lebih banyak.


HYBRID PROCESS

▪ Pulped natural process
Proses ini sering digunakan di Brazil. Setelah dipanen, buah kopi dikupas dengan mesin mekanik untuk membuang kulit dan sebagian besar daging buahnya. Dari sini, biji kopi kemudian dijemur di meja-meja pengering. Sisa-sisa daging buah yang masih lengket biasanya akan luruh pada proses ini. (Konon sisa-sisa daging buah yang turut dijemur itu memberi tambahan sweetness dan body pada kopi).

▪ Honey (Miel) process
Proses ini agak mirip dengan pulped natural dan umumnya digunakan di banyak negara-negara Amerika Tengah seperti Costa Rica dan El Salvador. Belakangan proses ini juga semakin populer di Indonesia. Pada honey process, ceri kopi akan dikupas dengan mesin mekanis, tapi metode ini menggunakan lebih sedikit air jika dibandingkan pulped natural process. Mesin depulper akan dikendalikan untuk menentukan seberapa banyak daging buah yang mau tetap ditinggalkan melekat dengan biji sebelum dijemur. Kulit daging yang tersisa ini dalam Bahasa Spanyol diistilahkan dengan miel yang berarti madu (honey). Sederhananya, pada honey process ada sedikit lendir—atau mucilage dalam istilah Bahasa Inggris—yang tampak lengket pada biji kopi. Dari sinilah proses ini kemudian dinamakan honey process. Jadi bukan karena menggunakan madu, ya.

▪ Semi-washed
Proses ini sangat umum ditemui di Indonesia dan sering kita kenal dengan istilah ‘giling basah’. Proses semi washed melibatkan dua kali proses pengeringan. Setelah dipetik, kulit terluar ceri kopi dikupas dengan menggunakan depulper dan dikeringkan sebentar. Jika umumnya kelembaban kopi disisakan hingga 11-12 % ketika proses pengeringan, maka pada proses semi-washed, kelembaban kopi disisakan hingga 30-35 % sebelum dikupas lagi hingga bentuknya benar-benar biji/green bean. Nah, green bean inilah yang kemudian dikeringkan lagi sampai ia benar-benar cukup kering untuk disimpan.

Profil rasa umumnya: Kopi-kopi dengan proses semi-washed cenderung memiliki tingkat sweetness yang intens, body lebih penuh, dengan tingkat keasaman lebih rendah jika dibandingkan kopi-kopi washed processed. Plus, konon kopi dengan proses ini juga memiliki rasa-rasa yang lebih beragam.


Sumber : https://ottencoffee.co.id/

Peran Penyuluhan Pertanian di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi


Smart Farming, Era Baru Pertanian Modern


Perkembangan industri di Indonesia memasuki tahap baru, semua industri berlomba-lomba menggunakan teknologi yang menjadi ciri khas dari revolusi industri tersebut. Untuk lebih mudah memahami Revolusi Industri 4.0 ini, kunci utamanya yaitu berbasis jaringan internet. Jaringan internet ini akan terintegrasi atau terhubung dengan mesin atau perangkat, karena menggunakan jaringan internet sebagai penghubung maka secara otomatis untuk mengoperasikan mesin atau perangkat tersebut dapat dilakukan secara jarak jauh.

Revolusi 4.0 pada bidang pertanian menerapkan metode "Smart Farming Precision Agriculture" yang secara garis besar metode ini terbagi menjadi 2 garis besar yaitu smart farming dan precision agriculture

a. Smart farming (pertanian pintar) yaitu penggunaan platform yang dikonektivitaskan dengan perangkat teknologi (contoh : tablet dan handphone) dalam pengumpulkan informasi (contoh : status hara tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca dsb) yang diperoleh dari lapang dari perangkat yang ditanamkan pada lahan pertanian.

b. Precision Agriculture (pertanian presisi) lebih kepada penggunaan input berupa pestisida dan pupuk sesuai kebutuhan berdasarkan informasi olahan data pada tablet sehingga tidak ada kelebihan dalam dosis pengaplikasiannya karena dipenuhi berdasarkan kekurangannya. Dampak baik yang ditimbulkan pada pengaplikasian pupuk atau pestisida sesuai kebutuhan akan menjaga kesehatan dan kelestarian tanah, optimalisasi penggunaan input dan saving cost.

Dalam prakteknya dilapang metode smart farming precision agriculture ini menggabungkan antara platform berbasis IoT (Internet of Things) dengan alat dan mesin pertanian (alsintan). Tentunya agar hal tersebut selaras alat produksi pertanian tidak lagi dioperasikan secara konvensional namun dikendalikan dengan teknologi, oleh karena itu alsintan harus ditingkatkan atau di-upgrade.

Upgrading alat pertanian disini dapat berupa penggabungan 2 perangkat yang dirakit berdasarkan kebutuhan atau penambahan teknologi pada suatu perangkat (contoh : penambahan sensor, GPS, wifi dsb) sehingga kompatibel dengan platform yang sesuai. Kementrian Pertanian melalui Balitbangtan sangat menggenjot pembaharuan teknologi alsintan ini mengingat Alsintan merupakan hal yang sangat vital.

1. Sprayer Drone
Sprayer Drone merupakan alat yang menggabungkan 1 teknologi dan 1 metode aplikasi, yaitu drone (pesawat tanpa awak) dan folliar application (pemupukan lewat daun). Alat ini digunakan untuk pemupukkan dan penyemprotan pestisida pada tanaman. Layaknya sebuah drone alat ini bekerja dipermukaan udara, yang dahulu penyemprotan pestisida dan pemupukan harus dilakukan dengan menelusuri lahan pertanian, namun dengan menggunakan sprayer drone ini dapat dikendalikan dengan jarak jauh karena dikoneksikan dengan wifi pada remote control operator. Drone ini juga dilengkapi dengan sensor dan GPS (Global Positioning System). Mekanisme kerja drone menyemprotkan liquid dengan wujud kabut (fog) dari udara tepat pada daun tanaman atau lebih dikenal dengan folliar application. Kelebihan yang didapatkan dengan menggunakan drone ini sangat menguntungkan yaitu dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja lapang dan pengaplikasian pestisida serta pupuk dapat menjangkau luasan area 5 hektar dalam 1 jam.

2. CI Agriculture (HARA)
Merupakan startup pertanian lokal berbasis IoT (Internet of Things), startup ini menggunakan jaringan internet baik untuk pengumpulan, pertukaran data dan kontroling alat dilapang yang terhubung dengan gadget. Fokus utama CI Agriculture yaitu pengembangan sistem manajemen pertanian dengan menggunakan big data analystic. Big data analystic adalah kumpulan data yang diperoleh dari lapang, data yang dikumpulkan dapat berupa data anomali cuaca, status hara dan kondisi tanah, serta berasal dari pencitraan satelit dan drone. Data yang diperoleh kemudian akan diolah, kemudian data tersebut akan menghasilkan informasi yang akurat dan update sehingga dapat membantu petani dalam membuat keputusan dalam proses produksi.

Smart Faming Precision Agriculture kuncinya adalah meningkatkan produktivitas dan laba dengan penggunaan teknologi melalui minimalisasi penggunaan input produksi.

Smart Faming Precision Agriculture 4.0 merupakan teknologi yang belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia, tentunya akan terdapat banyak kesulitan untuk mengenal teknologi ini. Untuk mengatasinya kita harus sabar dan terus belajar mengadopsi teknologi ini secara mandiri ataupun pada negara yang sudah berhasil menerapkannnya. Pada hakekatnya dibutuhkan waktu yang tidak singkat, perlu ketekunan dan niat yang mantap.

Kiat Meningkatkan Produksi Padi


Menjadi seorang petani yang sukses adalah mereka yang bisa meningkatkan hasil produksi tanamanya. Dari beberpa hal yang sering kita kenal dengan meningkatkan hasil yang maksimal mengharuskan petani mengerti bagaiman padi yang mereka bididayakan menginginkan apa.

Hanya dengan cara itu petani bisa meningkatkan hasil budidaya padi, mengerti apa yang tanaman butuhkan ternyata tidak semua petani yang melakukanya. Untuk meningkatkan hasil yang maksimal tidak membutuhkan biaya yang mahal, biaya bisa kita hemat untuk keperluan lain.

Yang kamu butuhkan sekarang adalah merespon bagaimana mereka membutuhkan asupan dan pengobatan. Secara teori mungkin tidak akan sama dengan praktik nya, dari itu saya tidak mempermudah bahasan ini karena terbukti lumayan cukup lama dalam pembuatan peningkatan.


Teknologi

Meningkatkan hasil pertanian dengan teknologi sangat berpengaruh sekali dari awal sampai panen nanti. Teknologi yang sekarang ini seperti jajar legowo dan system SRI sudah dilakukan, namun tidak terlalu bisa untuk diterapkan. Saya pada waktu 2012 tahun lalu belajar SRI dan memang metode SRI sangat masuk akal dan teknologi ini mulai dikembangkan lagi sampai ramai di masyarakat sekitar tahun 2016.

Pemanfaatan teknologi sangat bisa kita kembangkan, namun tidak semuanya bisa diterima oleh petani, teknologi bisa menaikan produksi apabila petani melihat dan merasakan langsung pada teknologi tersebut.

Jadi untuk meningkatkan hasil panen dengan teknologi mungkin sedikit sekali yang menggunakan, di desa – desa produksi padi lebih memilih cara nenek moyang mereka untuk bertani. Jika kamu berani coba dan ingin membuktikan bahwa teknologi juga bisa meningkatkan hasil pertanian silahkan.


Tahapan budidaya

Budidaya yang sekarang ini berjalan apakah kamu sudah yakin akan mendapat hasil yang maksimal ? Tentu saja tidak, tidak ada yang tahu dengan hasil yang akan di dapat. Namun kita bisa berusaha untuk memulai hal itu terjadi sejak sekarang.

Dalam satu tahun ada yang 1 – 2 – 3 kali panen. Itu tergantung daerahnya. Namun rasanya jarang sekali yang 4 kali panen dalam setahun. Sebenarnya petani sudah enggan menanam padi, sudah bosen mereka menanam. Namun karena padi adalah bahan pokok kita mereka menanam. Sisitem dalam buidaya sangat jelas, kita harus pintar menghitung kebutuhan tanaman.

Kebutuhan tanaman seperti di arahkan dan berfokus pada waktu pengaplikasian. Aplikasi tanaman seperti penyemprotan hama penyakit, memberikan pupuk, pengairan dan sebagainya harus tepat pada saat tanaman membutuhkanya.

Contoh :
Jika tanaman padi terserang hama atau penyakit biasanya petani menunggu serangan hebat dan setelah terserang mereka baru mengambil tindakan. Hal ini tentu salah, kita harus mencegah hama atau penyakit ketika tanaman menimbulkan gejala, bukan setelah terserang baru kalian semprot.


Menjaga ekosestem

Dengan menjaga ekosistem dan rantai makanan yang ada di alam, ini bisa membantu menaikan hasil produksi kita. Kita harus mulai dari sekarang menjaga alam seperti memberikan pupuk organik pada tanah, mengurangi bahan kimia, menggunakan musuh alami dan tanaman yang bisa mendukung padi kita tumbuh baik.

Dari sebagian besar petani tidak terlalu memikirkan hal itu, mungkin karena indonesia kelewat kaya. Dari sebuah hal kecil menjaga ekosistem bisa membantu kita menaikan produksi. Jangan menganggap kamu dengan waktu sangat singkat bisa mendapat hasil yang kamu inginkan.

Kita tidak bisa menghasilkan panen yang seperti media katakan (panen raya) saya rasa itu hanya bohong saja, aslinya setelah di cek mana mungkin tanah yang tercemar bahan kimia bisa meningkatkan hasil produksi sebesar itu. Lagi pula lahan pertanian di berbagai daerah sekarang semakin berkurang.

Jadi kita tidak bisa membuat tanaman padi kita langsung panen besar semuanya membutuhkan proses untuk kembali kesemula, kita tidak bisa memaksa tanaman untuk berproduksi besar. Hanya dengan bantuan teknologi dan memaksimalkan cara budidaya serta menjaga alam itu adalah hal yang tepat untuk sekarang ini.



~~~~NS~~~~

Transformasi Digitasi Alat Bantu Penyuluhan Pertanian



Seiring perkembangan jaman, komunikasi dan informasi digital menjadi kunci kecepatan dan ketepatan serta keakuratan dalam mengakselerasi capaian kinerja di segala bidang.  Tak terkecuali dalam mengakselerasi terwujudnya kedaulatan pangan untuk 273,3 juta jiwa masyarakat Indonesia.  Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian membangun simpul Komando Strategi Pembangunan Pertanian yang dikenal dengan Kostratani yang ada di setiap Kecamatan.  

Platform kegiatannya berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yakni Internet of Things (IoT), dengan mengoptimalkan peran Balai Penyuluh Pertanian (BPP) sebagai home base.   Peran BPP sebagai penyedia singgle data pertanian, akses informasi teknologi, pasar dan penyediaan sarana produksi, memerankan sebagai pusat konsultasi agribisnis, pembelajaran petani, serta mampu membangun jejaring dan kolaborasi kerjasama dengan pihak lain.  

Oleh sebab itu perlu diperkuat SDM penyuluh pertanian dengan pemutakhiran keahlian dan ketrampilan dalam mengakses, memanfaatkan dan mengoptimalkam pengunaan aplikasi-aplikasi pertanian berbasis Internet of Things (IoT).

Dahulu, Penyuluhan dilakukan dengan tatap muka hadir di lokasi wilayah binaan (wilbin).  Sebagai kelengkapan materi penyuluhan, harus membawa alat peraga untuk membantu mempermudah petani mencerna materi yang disampaikan dalam proses penyuluhan.  Diantaranya: miniatur, poster, leaflet, peta singkap dan sejenisnya.  Untuk menyelesaikan penyuluhan di wilayah kerjanya, seorang penyuluh membutuhkan waktu sekitar sebulan (sistem lama 16 wilkel).  Belakangan ini, menghadapi problem jumlah penyuluh semakin berkurang, tidak seimbang dengan jumlah masyarakat petani yang dilayani.  Banyak penyuluh pertanian harus melayani 2 hingga 3 desa, sehingga untuk menuntaskan topik materi tertentu akan menghabiskan waktu 2 hingga 3 bulan.  

Cara ini sudah tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang yang sarat dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi digital, hingga melahirkan era revolusi industri 4.0.  Komunikasi dan informasi dari berbagai pihak, tak terbendung lagi.  Didukung dengan kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda hingga kini.  Pembatasan sosial diberlakukan begitu ketat untuk memutus mata rantai penularan.  Dampaknya beragam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan Internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. 

Tak terelakkan dunia penyuluhan pertanian juga terkena imbasnya.  Utamanya dalam memberikan pelayanan bimbingan dan pendampingan penerapan inovasi kepada masyarakat tani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha pertanian.  Kini dengan mengoptimalkan IT (tanpa batasan ruang dan waktu), secara bersamaan semua kelompok tani bisa dikunjungi secara virtual guna membahas dan menyelesaikan permasalahannya.  

Pada penyuluhan konvensional, seorang penyuluh sering menggunakan alat bantu penyuluhan seperti sudah disebutkan terdahulu.  Kini penyuluh harus bertransformasi dalam menggunakan alat bantu penyuluhan konvensional ke digital.  Di era ini penyuluh menjadi transformer, dengan menguasai beberapa aplikasi pertanian, sebagai alat bantu penyuluhan.





Yuk Ketahui Kelemahan dan Kelebihan Sistem Pertanian Organik

KELEMAHAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK
Beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam mengembangkan pertanian organik, yaitu :
1. Ketersediaan bahan organik terbatas dan takarannya harus banyak
2. Transportasi mahal karena bahan bersifat ruah
3. Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik
4. Hasil pertanian organik lebih sedikit jika dibandingkan dengan pertanian non organik yang menggunakan bahan kimia terutama pada awal menerapkan pertanian organik.
5. Pengendalian jasad pengganggu secara hayati masih kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.
6. Terbatasnya informasi tentang pertanian organik.



KELEBIHAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK


1. Meningkatan aktivitas organisme yang menguntungkan bagi tanaman.
Mikroorganisme seperti rizobium dan mikroriza yang hidup di tanah dan perakaran tanaman sangat membantu tanaman dalam penyediaan dan penyerapan unsur hara. Juga banyak organisme lain yang bersifat menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman. Misalnya pertumbuhan cendawan akar (Ganoderma sp, Phytopthora sp) dapat ditekan dan dihalangi oleh organisme Trichoderma sp.

2. Meningkatkan cita rasa dan kandungan gizi.
Cita rasa hasil tanaman organikmenjadi lebih menarik, misalnya padi organik akan menghasilkan beras yang pulen, umbi – umbian terasa lebih empuk dan enak atau buah menjadi manis dan segar. Selain itu pertanian organik juga meningkatkan nilai gizi. Hasil uji laboraturium terhadap beras organik mempunyai kandungan protein, dan lemak lebih tinggi daripada beras nonorganik. Begitu pula nasi yang berasal dari beras organik bisa bertahan (tidak mudah basi) dua kali lebih lama ketimbang nasi dan beras organik. Kalau biasanya nasi akan menjadi basi setelah 12 jam maka nasi dari beras organik bisa bertahan 24 jam.

3. Meningkatkan ketahanan dari serangan organisme pengganggu.
Karena dengan penggunaan pupuk organik yang cukup maka unsur – unsur hara makro dan mikro terpenuhi semua sehingga tanaman lebih kuat dan sehat untuk menahan serangan beberapa organisme pengganggu dan lebih tahan dari serangan peryakit.

4. Memperpanjang unsur simpan dan memperbaiki struktur.
Buah dan hasil pertanian tidak cepat rusak atau akibat penyimpanan. Buah cabai misalnya akan nampak lebih kilap dengan pertanian organik, hal ini bisa dipahami karena tanaman yang dipupuk organik, secara keseluruhan bagian tanaman akan mendapat suplai unsur hara secara lengkap sehingga bagian- bagian sel tanama termasuk sel – sel yang menyusun buah sempurna.

5. Membantu mengurangi erosi.
Pertanian organik dengan pemakaian pupuk organik mejadikan tanah leih gembur dan tidak mudah terkikis aliran air. Struktur tanah menjadi lebih kompak dengan adanya penambahan bahan – bahan organik dan lebih tahan menyimpan air dibanding dengan tanah yang tidak dipupuk bahan organik. Pada tanah yang miskin bahan organik, air mudah mengalir dengan membawa tanah.



~~~~NS~~~~

Hasil Penyulingan Daun Tembakau Ampuh Kendalikan Hama Trips Cabai


Dalam kegiatan usahatani tanaman cabe keriting, para petani sampai saat ini tidak dapat terlepas dari penggunaan pestisida kimia untuk pengendaliah hama dan penyakit tanaman yang diusahakan. Hal tersebut dilakukan para petani untuk meminimalisir kerugian usahatani, yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit.

Penggunaan pestisida kimia pada usahatani cabe keriting memang memiliki keuntungan diantaranya lebih efektif, efisien dan praktis dalam penggunaannya. Tetapi di lain sisi mahalnya harga pestisida kimia sangat dirasakan oleh para petani cabe keriting, karena berdampak langsung pada besarnya biaya usahatani yang harus dikeluarkan untuk pembelian pestisida kimia. Perlu diketahui bahwa volume penggunaan pestisida kimia untuk tanaman cabe keritng per satuan luas cukup banyak bila dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya.

Untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan pestisida kimia, maka para petani cabe keriting mulai menggunakan pestisida nabati dari bahan-bahan yang mudah diperoleh petani. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun tembakau, seperti yang telah dilaksanakan oleh para petani cabe keriting yang tergabung dalam kelompok tani Sabilulungan Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari. Ketersediaan bahan baku pestisida nabati berupa daun tembakau di kelompok tani ini cukup melimpah, mengingat hampir 80 % dari anggota kelompok berusahatani tanaman tembakau selain berusahatani tanaman cabe keriting.

Teknik yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati dari daun tembakau di kelompok tani ini adalah dengan teknik penyulingan menggunakan mesin penyuling. Adapun mesin penyuling diperoleh dari bantuan Dinas Pertanian dan Ketahanan Kabupaten Sumedang pada kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Ramah Lingkungan pada komoditi tanaman cabe keriting. Cara penyulingan daun tembakau menjadi pestisida nabati adalah dengan memasukan 25 kg daun tembakau ataupun limbah daun tembakau yang telah dirajang kedalam mesin penyulingan. Penyulingan dilakukan selama 12 jam sehingga diperoleh cairan hasil penyulingan tembakau untuk bahan pestisida nabati sebanyak 350 cc.

Khasiat dari cairan hasil penyulingan daun tembakau berdasarkan pengalaman para petani cabe keriting di kelompok tani Sabilulungan adalah dapat mengendalikan hama trips, kutu aphids dan ulat buah pada cabe keriting. Cara penggunaan pestisida ini adalah dengan melarutkan 10 cc cairan hasil sulingan daun tembakau per liter air, yang kemudian disemprotkan pada tanaman cabe keriting. Efek dari penggunaan pestisida nabati ini dapat terlihat setelah satu hari dari waktu penyemprotan.

Dengan adanya penggunaan pestisida nabati dari hasil penyulingan daun tembakau ini, para petani cabe keriting di kelompok tani Sabilulungan Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari selain dapat mengendalikan beberapa hama pada tanaman cabe keriting, juga dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia sehingga dapat mengurangi biaya usahatani.

Selain untuk memenuhi kebutuhan para anggota kelompok tani Sabilulungan, produksi pestisida nabati dari hasil penyulingan daun tembakau ini juga telah dikemas dan dipasarkan pada para petani cabe keriting di Desa Kadakajaya, bahkan pemasaran telah dilakukan ke luar Kabupaten Sumedang. Semoga pestisida nabati dari hasil sulingan daun tembakau ini dapat lebih memasyarakat dikalangan para petani dan terwujudnya kegiatan usahatani tanaman cabe keriting yang ramah lingkungan.

~~~NS~~~