~~~ Selamat Datang di Website Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tanjungsari Sumedang, Semoga Website Ini Bermanfaat ~~~ Sumedang SIMPATI (Sejahtera, Agamis, Maju, Profesional, Kreatif) ~~~ Sumedang MELESAT (Melayani Lebih Berkualitas dan Cepat) ~~~ Peran Kostratani : 1. Pusat Data dan Informasi, 2. Pusat Gerakan Pembangunan Pertanian, 3. Pusat Pembelajaran, 4. Pusat Jejaring Kemitraan, 5. Pusat Konsultasi Agribisnis ~~~ Core Value ASN BerAKHLAK (Berorientasi Palayanan, Akuntabel, Kompeten, Hamonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)~~~Selamat Hari Raya Idul Fitri 1424 H~~~

PENILAIAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) BERPRESTASI

Kegiatan Presentasi dalam rangka penilaian BPP berprestasi di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat

LABORATORIUM LAPANG PENYULUH

Sarana bagi para penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan teknologi pertanian yang akan disuluhkan pada petani binaan

KONSEP PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN P2L

P2l bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan pangan dan pendapatan keluarga

PERAN KOSTRATANI

Lima peran Kostratani dalam Pembangunan Pertanian

SEKOLAH LAPANGAN (SL) IPDMIP

Kegiatan Sekolah Lapangan (SL) IPDMIP Padi Sawah Di Kelompok Tani Medal Harapan Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari

PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) KWT HIKMATUSSALAM

Kegiatan Pengelolaan Lahan Demplot kegiatan P2L KWT Hikmatussalam Desa Kadakajaya

ADAPTASI VUB KEGIATAN SEKOLAH LAPANG IPDMIP

Penggunaan benih padi varietas Mekongga pada kegiatan Laboratorium Lapang (LL) SL IPDMIP Padi sawah di Kecamatan Tanjungsari

SOSIALISASI KARTU TANI

Kegiatan sosialisasi penggunaan kartu tani pupuk bersubsidi tingkat Kecamatan Tanjungsari

DEMPLOT BUDIDAYA TANAMAN PORANG

Kegiatan demplot usahatani tanaman porang di Kelompok Tani Mekar Mukti Desa Kadakajaya

DEMPLOT BUDIDAYA PADI HITAM

Kegiatan demplot usahatani padi hitam di Kelompok Tani Bibilitik 2 Desa Kutamandiri

PERAN PENYULUH DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUKIKASI (TIK)

Tuntutan peran penyuluh di era Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang semakin maju

SOSIALISASI PEMBENTUKAN KORPORASI PETANI

Kegiatan sosialisasi dalam rangka pembentukan korporasi petani ubi jalar se Kecamatan Tanjungsari

SUMEDANG SIMPATI

Sumedang yang Sejahtera Masyarakatnya, Agamis Ahlaqnya, Maju Daerahnya, Profesional Aparatnya dan Kreatif Ekonominya

Pengendalian Penyakit Layu Pada Cabai


Penyakit layu merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman cabai. Penanganan yang kurang  tepat dapat menyebabkan tingkat serangan yang tinggi, sehingga kegagalan usahatani tidak dapat dihindarkan. 

Berikut ini dua jenis penyakit layu pada tanaman cabai :

1. Penyakit layu fusarium
Layu fusarium (Fusarium oxysporum) adalah penyakit layu yang disebabkan oleh serangan jamur. Tanda dari serangan penyakit ini, yaitu bagian tanaman yang terserang penyakit tidak berlendir dan tidak berbau. Jika bagian tanaman tersebut dicelupkan ke dalam air selama beberapa menit, tidak terjadi perubahan yang signifikan pada warna air.

Gejala penyakit layu fusarium ialah tanaman akan menjadi layu di siang hari dan segar kembali pada sore hari. Penyakit layu fusarium dapat dikendalikan dengan cara berikut ini.
  1. Pakailah varietas tanaman yang memiliki daya tahan tinggi terhadap penyakit ini.
  2. Berikan fungisida yang mengandung bahan aktif binomil.
  3. Mengendalikan nematoda tanah penyebab timbulnya luka pada akar.
  4. Memanfaatkan tricoderma sebagai agen hayati pengendali jamur.
  5. Mencegah infeksi pada alat pertanian yang digunakan.

2. Penyakit layu bakteri
Layu bakteri (Psedomonas solanacaearum) merupakan penyakit layu yang disebabkan oleh serangan bakteri. Untuk membedakan antara penyakit ini dan penyakit layu fusarium, Anda bisa mencabut tanaman yang sakit lalu memotong bagian akarnya.

Jika penyakit tersebut merupakan penyakit layu bakteri, pada bekas potongan tadi akan berlendir dan berbau. Anda juga bisa mencelupkan bekas potongan tadi ke dalam air, maka tampak seperti asap yang larut di dalam air.

Penyakit layu bakteri lebih berbahaya daripada penyakit layu fusarium karena serangannya berlangsung sangat cepat. Beberapa upaya untuk mengendalikannya sebagai berikut.
  1. Manfaatkan Pseudomonas fluerescens atau Bacillus subtilis sebagai agen hayati.
  2. Pakailah pupuk kandang yang telah masak dan terfermentasi untuk meningkatkan jumlah bakteri baik.
  3. Gunakan pupuk urea dengan dosis yang tepat.
  4. Celupkan bibit tanaman ke dalam bakterisida yang mengandung bahan aktif agrimycin.
  5. Mengatur sistem irigasi di lahan sebaik-baiknya agar tidak terjadi genangan air.

Kenali Jenis-Jenis Pupuk Yang Disubsidi


Sudah banyak diketahui bahwa penggunaan pupuk pada tanaman difungsikan untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan, serta menjaga dari serangan hama. Tidak jarang, petani juga memberikan pupuk agar tanaman bisa menghasilkan buah yang lebih banyak dengan kualitas yang baik sehingga meningkatkan hasil panen. Ada beberapa jenis pupuk bersubsidi yang dipakai oleh kalangan petani dengan manfaat yang berbeda pada tanaman. Agar tidak salah dalam pemberian, ada baiknya pahami dulu kegunaan tiap pupuk bersubsidi yang beredar di pasaran.

1. Urea

Pupuk yang memiliki rumus kimia CO(NH2)2 ini terbuat dari percampuran gas amoniak (NH3) dan gas asam arang. Dalam setiap 100kg pupuk urea mengandung 46kg nitrogen. Pupuk urea yang disubsidi akan memiliki bentuk kristal dengan warna yang beragam antara putih dan merah muda. Dari semua jenis pupuk yang beredar di pasaran, urea menjadi salah satu yang banyak digunakan oleh para petani karena kegunaannya yang sangat bermanfaat baik untuk lahan pertanian maupun budidaya.

Dengan kadar nitrogen yang sangat tinggi pada pupuk bersubsidi ini, membuat pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih cepat. Nitrogen juga membantu tanaman memiliki banyak klorofil sehingga memudahkan proses fotosintesis sehingga menghasilkan tanaman yang berdaun hijau, segar, dan rimbun.

2. SP-36 (super phosphate)

SP-36 memiliki reaksi kimia yang tergolong netral namun mudah terbakar oleh matahari. Pupuk ini sangat bisa digunakan pada berbagai macam jenis tanaman seperti tanaman pangan, perkebunan, dan holtikultura. Sesuai dengan namanya, super phosphate, pupuk SP-36 memiliki peran utama sebagai penambah unsur hara phosphor pada tanaman.

Dengan penambahan pupuk SP-36, tumbuhan akan menghasilkan buah yang lebih banyak sehingga bisa menguntungkan para petani. Pupuk bersubsidi ini juga bisa memperbaiki kualitas biji, merangsang pembelahan tanaman, mempercepat pemasakan buah, menguatkan batang tanaman, dan memperbesar jaringan sel.


3. ZA

Pupuk bersubsidi yang mengandung 21% nitrogen dan 24% sulfur ini memiliki reaksi kerja yang lumayan agak lambat sehingga seringnya digunakan oleh petani sebagai pupuk dasar saja pada tanaman. Pupuk ZA ini sengaja dibuat untuk menambah unsur hara pada tanaman. Manfaatnya dalam dunia pertanian adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman serta menambah nilai gizi pada hasil panen. Pemberian pupuk ZA pada tanaman juga bisa menghindarkannya dari ancaman lingkungan yang bisa merusak seperti hama, kekeringan, dan penyakit.


4. NPK

Pupuk NPK menjadi yang paling banyak memiliki unsur kandungan zat hara yang sangat dibutuhkan tanaman yaitu nitrogen, fosfat, kalium, magnesium, dan kalsium. Hal itulah yang kemudian membuat pupuk NPK digunakan sebagai penyeimbang unsur hara makro dan mikro pada tanah. Manfaat utama pupuk NPK adalah pada pertumbuhan akar tanaman agar lebih kuat, banyak, panjang sehingga mudah menyerap zat hara di tanah. Pupuk NPK juga bisa digunakan untuk mencegah tanaman supaya tidak kerdil.


5. Organik

Pupuk organik terbuat dari bahan alami sisa makhluk hidup seperti pelapukan kayu, sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia. Karena terbuat dari bahan alami, pupuk organik bisa meningkatkan kadar kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah, sehingga bisa meningkatkan produktivitas lahan pertaniannya. Bisa dibilang fokus penggunaan pupuk organik adalah untuk memudahkan proses pengolahan lahan yang dipakai untuk lahan pertanian, mencegah erosi, serta meningkatkan kesuburan tanah.

Dengan adanya berbagai jenis pupuk bersubsidi yang memiliki manfaat serta peran yang berbeda, diharapkan bisa memudahkan petani untuk menghasilkan panen yang menguntungkan. Selain itu, petani juga diberikan keleluasaan untuk memilih pupuk mana yang digunakan pada tanaman produksinya.

Strategi Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat (WBC) Dan Virus Kerdil Rumput Dan Kerdil Hampa


Hama wereng batang coklat (WBC) merupakan hama utama tanaman padi sehingga menjadi hama yang sangat ditakuti petani karena bisa mengakibatkan gagal panen (fuso).WBC merupakan hama r-strategis; menghisap cairan batang tumbuhan padi, dapat berkembang biak dengan cepat, dan cepat menemukan habitatnya serta mudah beradaptasi dengan membentuk biotipe baru. Selain itu, hama ini menularkan juga penyakit virus kerdil hampa (VKH), virus kerdil rumput tipe 1 (VKRT-I) dan virus kerdil rumput tipe 2 (VKRT-2). Pada saat vegetatif VKH menyebabkan daun rombeng, tercabik, koyak, atau bergerigi, terkadang berwarna putih. tumbuh kerdil dengan tinggi 23,8-66,9% tertekan, keluar malai diperpanjang sampai 10 hari. Saat keluar malai tidak normal (tidak keluar penuh), daun bendera terjadi distorsi. Saat pematangan buah tidak mengisi dan menjadi hampa.

Perkembangbiakan WBC

WBC berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah dan tulang daun.Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir.Telur menetas setelah 7-10 hari.Muncul wereng muda yang disebut nimfa dengan masa hidup 12-15 hari dan setelah fase ini menjadi wereng dewasa.Dalam perkembangan hidupnya, wereng batang coklat mempunyai tiga stadium pertumbuhan yaitu stadium telur, nimfa dan dewasa.

Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa adalah 12.82 hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng batang coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng batang coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter.

Pada daerah lain stadium telur membutuhkan waktu antara 7-11 hari. Nimfa yang baru menetas berwarna keputihan dan berangsur menjadi coklat. Stadium nimfa terjadi 5 kali pergantian kulit dan waktu yang dibutuhkan pada masing-masing instar adalah 2-4 hari (lihat gambar 2) Wereng batang coklat dewasa mempunyai dua bentuk, sayap panjang (makroptera) dan sayap pendek (brakiptera). Bentuk makroptera merupakan indikator populasi pendatang dan emigrasi, sedangkan brakiptera populasi penetap.Suhu optimum untuk perkembangan antara 18-280C.

Serangan WBC tanaman Padi

Hama WBC yang berkembang pada tanaman padi ketika membentuk anakan dimulai oleh wereng bersayap panjang yang berpindah dari tempat lain. Jika wereng yang berkembang pada tanaman padi yang berumur 2 atau 3 minggu setelah tanam, maka WBC bisa berkembang biak menjadi dua generasi (Gb.1). Tetapi bila wereng yang menyerang tanaman padi yang

berumur 5-6 minggu setelah tanam, wereng yang berkembang biak hanya satu generasi yang puncak populasinya terjadi pada padi umur 9-10 minggu setelah tanam.

Pengamatan hama wereng harus dilakukan secara intensif dan rutin. Jangka waktu pengamatan minimal 3 hari sekali dan jika ada gejala muncul wereng segera dihitung populasinya.Jika populasi per rumpun 7-9 segera diatasi dengan pengendalian pestisida baik secara hayati maupun kimiawi.



Strategi Pengendalian WBC dan Virus Kerdil

1. Tanam Padi Secara Serentak

Tanam padi secara serentak dalam areal yang luas tidak dibatasi oleh batas administrasi. Wereng coklat imigran terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi oleh sungai atau lautan. Bila suatu daerah panen atau puso maka wereng makroptera (bersayap panjang) akan terbang bermigrasi mencari tanaman muda dalam populasi tinggi, hinggap (landing) dan berkembang biak pada tanaman padi muda. Bila areal tempat migrasi sempit, maka populasi imigran akan padat.

2. Penggunaan Varietas Tahan

Penggunaan varietas tahan disesuaikan dengan keberadaan biotipe wereng coklat yang ada di lapangan. Saat ini, biotipe wereng coklat yang berkembang di lapang didominasi oleh biotipe 3 dan dibeberapa tempat telah ada biotipe 4 sehingga memerlukan varietas unggul baru (VUB) yang memiliki ketahanan terhadap biotipe tersebut. Badan Litbang Pertanian telah menyediakan beberapa VUB yang tahan terhadap biotipe tersebut, yaitu Inpari 13, Inpari 31 dan Inpari 33.

3. Perangkap Lampu (Light traps)

Wereng yang pertama kali datang dipesemaian atau pertanaman adalah wereng makroptera betina/jantan imigran. Pasang lampu perangkap (Gb.2) sebagai alat untuk menentukan kapan datangnya wereng imigran. Alat ini penting untuk mengetahui kehadiran wereng imigran dan dapat menangkap wereng dalam jumlah besar.

Lampu perangkap dipasang pada ketinggian 150-250 cm dari permukaan tanah.Hasil tangkapan dengan lampu 100 watt dapat mencapai 400.000 ekor/malam. Keputusan yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu:

- Wereng-wereng yang tertangkap dikubur
- Keringkan pertanaman padi sampai retak
- Segera setelah dikeringkan, kendalikan wereng pada tanaman padi dengan insektisida yang direkomendasi

4. Waktu Pesemaian Padi

Penetapan waktu pesemaian ditentukan oleh kapan puncak wereng imigran yang tertangkap lampu perangkap. Bila datangnya wereng imigran tidak tumpang tindih antara generasi maka pesemaian hendaknya dilakukan pada 15 hari setelah puncak imigran.

Bila datangnya wereng dari generasi yang tumpang tindih, maka akan terjadi bimodal (dua puncak). Pesemaian hendaknya dilakukan pada 15 hari setelah puncak imigran ke-2.

5. Tuntaskan Pengendalian Pada Generasi 1

Catat waktu puncak populasi imigran awal sebagai generasi nol (G0), maka pada 25-30 hari kemudian akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-1, pda 25-30 hari kemudian akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-2, pada 25-30 hari kemudian akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-3.

Pengendalian wereng yang baik yaitu:
Pada saat ada imigran makroptera generasi nol (G0) dan saat generasi ke 1 (G1) yaitu nimfa-nimfa yang muncul dari wereng imigran
Gunakan insektisida dengan bahan aktif, pymetrozine, dinotefuran, sebaiknya satu jenis insektisida tidak digunakan terus menerus dalam jangka waktu lama.
Pengendalian wereng harus selesai pada generasi ke 1 atau paling lambat pada generasi ke 2.
Pengendalian saat generasi ke 3 tidak akan berhasil.

6. Pengamatan Wereng Coklat di Pertanaman

Pengamatan atau Monitoring wereng coklat pada 1-2 minggu sekali. Ambil contoh 20 rumpun arah diagonal. Hitung jumlah wereng coklat pada minggu ke- i (Ai) dan musuh alami laba-laba + Paederus +Ophionea+Coccinella pada minggu ke-i (Bi) dan Cyrtorhinus pada minggu ke-i (Ci).

7. Penggunaan Insektisida

Penggunaan insektisida harus memperhatikan berbagai factor, antara lain:
Keringkan area sawah sebelum aplikasi insektisida baik yang semprotan atau butiran
Aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada antara pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00, dilanjutkan sore hari. Insektisida harus sampai pada batang padi.
Tepat dosis dan jenisnya yaitu yang berbahan aktif Pymetrozine, dinotefuran.

8. Pengendalian Double Cover

Bila insektisida semprotan yang digunakan tidak atau kurang manjur maka pengendalian wereng coklat perlu didobel dengan memberikan insektisida sistemik melalui akar.

9. Pengendalian Penyakit Virus Kerdil

Sampai saat ini tidak ada virusida atau bahan lain yang dapat dipakai untuk mengendalian penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput (Gb3). Usaha yang dapat dilakukan adalah:
- Kendalikan wereng coklat terutama makroptera/bersayap sampai populasi serendah mungkin
- Hindari kontak inokulum penyakit dengan wereng coklat
- Cabut dan benamkan inokulum penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput


Sumber : BPTP Jawa Barat

Mengenal Macam-Macam Proses Pengolahan Kopi



Beberapa proses pengolahan kopi diantaranya :

NATURAL PROCESS

Proses natural ini juga dikenal dengan dry process. Proses ini termasuk teknik paling tua yang ada dalam sejarah proses pengolahan kopi. Setelah dipanen, ceri kopi akan ditebarkan di atas permukaan alas-alas plastik dan dijemur di bawah sinar matahari. Beberapa produsen kopi kadang menjemurnya di teras bata atau di meja-meja pengering khusus yang memiliki airflow (pengalir udara) di bagian bawah. Ketika dijemur di bawah matahari, biji-biji kopi ini harus dibolak-balik secara berkala agar biji kopi mengering secara merata, dan untuk menghindari jamur/pembusukan.

Pada proses natural, buah kopi yang dikeringkan masih dalam berbentuk buah/ceri, lengkap dengan semua lapisan-lapisannya. Prosesnya yang natural dan alami ini akan membuat ceri terfermentasi secara natural pula karena kulit luar ceri akan terkelupas dengan sendirinya.

Profil rasa umumnya: Proses natural ini dianggap mampu memberi notes ala buah-buahan pada kopi, dengan hints umum seperti blueberry, strawberry atau buah-buahan tropis. Kopi pun cenderung memiliki keasaman (acidity) rendah, rasa-rasa yang eksotis dan body yang lebih banyak.


WASHED PROCESS

Atau yang juga dikenal dengan sebutan wet process. Umumnya, proses ini bertujuan untuk menghilangkan semua kulit-kulit daging yang melekat pada biji kopi sebelum dikeringkan. Setelah dipanen, ceri-ceri kopi biasanya ‘diseleksi’ terlebih dahulu dengan merendamnya di dalam air. Ceri yang mengapung akan dibuang, sementara yang tenggelam akan tetap dibiarkan untuk proses lanjutan karena ceri-ceri demikian dianggap telah matang.

Selanjutnya kulit luar dan kulit daging ceri kopi akan dibuang dengan menggunakan mesin khusus yang disebut depulper (pengupas). Biji kopi yang sudah terlepas dari kulitnya ini kemudian dibersihkan lagi dengan memasukkannya ke dalam bejana khusus berisi air agar sisa-sisa kulit yang masih melekat bisa luruh sepenuhnya akibat proses fermentasi.

Durasi, atau lamanya kopi difermentasi ini berbeda-beda pada setiap produsen. Namun umumnya berkisar antara 24-36 jam tergantung temperatur, ketebalan layer getah pada ceri kopi, dan konsentrat enzimnya. Jika suhu di sekitarnya semakin hangat, maka prosesnya akan semakin cepat pula.

Profil rasa umumnya: Kopi-kopi hasil washed process umumnya memiliki karakter yang lebih bersih, light, sedikit berasa buah, body cenderung ringan dan lembut dengan tingkat keasaman (acidity) lebih banyak.


HYBRID PROCESS

▪ Pulped natural process
Proses ini sering digunakan di Brazil. Setelah dipanen, buah kopi dikupas dengan mesin mekanik untuk membuang kulit dan sebagian besar daging buahnya. Dari sini, biji kopi kemudian dijemur di meja-meja pengering. Sisa-sisa daging buah yang masih lengket biasanya akan luruh pada proses ini. (Konon sisa-sisa daging buah yang turut dijemur itu memberi tambahan sweetness dan body pada kopi).

▪ Honey (Miel) process
Proses ini agak mirip dengan pulped natural dan umumnya digunakan di banyak negara-negara Amerika Tengah seperti Costa Rica dan El Salvador. Belakangan proses ini juga semakin populer di Indonesia. Pada honey process, ceri kopi akan dikupas dengan mesin mekanis, tapi metode ini menggunakan lebih sedikit air jika dibandingkan pulped natural process. Mesin depulper akan dikendalikan untuk menentukan seberapa banyak daging buah yang mau tetap ditinggalkan melekat dengan biji sebelum dijemur. Kulit daging yang tersisa ini dalam Bahasa Spanyol diistilahkan dengan miel yang berarti madu (honey). Sederhananya, pada honey process ada sedikit lendir—atau mucilage dalam istilah Bahasa Inggris—yang tampak lengket pada biji kopi. Dari sinilah proses ini kemudian dinamakan honey process. Jadi bukan karena menggunakan madu, ya.

▪ Semi-washed
Proses ini sangat umum ditemui di Indonesia dan sering kita kenal dengan istilah ‘giling basah’. Proses semi washed melibatkan dua kali proses pengeringan. Setelah dipetik, kulit terluar ceri kopi dikupas dengan menggunakan depulper dan dikeringkan sebentar. Jika umumnya kelembaban kopi disisakan hingga 11-12 % ketika proses pengeringan, maka pada proses semi-washed, kelembaban kopi disisakan hingga 30-35 % sebelum dikupas lagi hingga bentuknya benar-benar biji/green bean. Nah, green bean inilah yang kemudian dikeringkan lagi sampai ia benar-benar cukup kering untuk disimpan.

Profil rasa umumnya: Kopi-kopi dengan proses semi-washed cenderung memiliki tingkat sweetness yang intens, body lebih penuh, dengan tingkat keasaman lebih rendah jika dibandingkan kopi-kopi washed processed. Plus, konon kopi dengan proses ini juga memiliki rasa-rasa yang lebih beragam.


Sumber : https://ottencoffee.co.id/

Peran Penyuluhan Pertanian di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi


Smart Farming, Era Baru Pertanian Modern


Perkembangan industri di Indonesia memasuki tahap baru, semua industri berlomba-lomba menggunakan teknologi yang menjadi ciri khas dari revolusi industri tersebut. Untuk lebih mudah memahami Revolusi Industri 4.0 ini, kunci utamanya yaitu berbasis jaringan internet. Jaringan internet ini akan terintegrasi atau terhubung dengan mesin atau perangkat, karena menggunakan jaringan internet sebagai penghubung maka secara otomatis untuk mengoperasikan mesin atau perangkat tersebut dapat dilakukan secara jarak jauh.

Revolusi 4.0 pada bidang pertanian menerapkan metode "Smart Farming Precision Agriculture" yang secara garis besar metode ini terbagi menjadi 2 garis besar yaitu smart farming dan precision agriculture

a. Smart farming (pertanian pintar) yaitu penggunaan platform yang dikonektivitaskan dengan perangkat teknologi (contoh : tablet dan handphone) dalam pengumpulkan informasi (contoh : status hara tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca dsb) yang diperoleh dari lapang dari perangkat yang ditanamkan pada lahan pertanian.

b. Precision Agriculture (pertanian presisi) lebih kepada penggunaan input berupa pestisida dan pupuk sesuai kebutuhan berdasarkan informasi olahan data pada tablet sehingga tidak ada kelebihan dalam dosis pengaplikasiannya karena dipenuhi berdasarkan kekurangannya. Dampak baik yang ditimbulkan pada pengaplikasian pupuk atau pestisida sesuai kebutuhan akan menjaga kesehatan dan kelestarian tanah, optimalisasi penggunaan input dan saving cost.

Dalam prakteknya dilapang metode smart farming precision agriculture ini menggabungkan antara platform berbasis IoT (Internet of Things) dengan alat dan mesin pertanian (alsintan). Tentunya agar hal tersebut selaras alat produksi pertanian tidak lagi dioperasikan secara konvensional namun dikendalikan dengan teknologi, oleh karena itu alsintan harus ditingkatkan atau di-upgrade.

Upgrading alat pertanian disini dapat berupa penggabungan 2 perangkat yang dirakit berdasarkan kebutuhan atau penambahan teknologi pada suatu perangkat (contoh : penambahan sensor, GPS, wifi dsb) sehingga kompatibel dengan platform yang sesuai. Kementrian Pertanian melalui Balitbangtan sangat menggenjot pembaharuan teknologi alsintan ini mengingat Alsintan merupakan hal yang sangat vital.

1. Sprayer Drone
Sprayer Drone merupakan alat yang menggabungkan 1 teknologi dan 1 metode aplikasi, yaitu drone (pesawat tanpa awak) dan folliar application (pemupukan lewat daun). Alat ini digunakan untuk pemupukkan dan penyemprotan pestisida pada tanaman. Layaknya sebuah drone alat ini bekerja dipermukaan udara, yang dahulu penyemprotan pestisida dan pemupukan harus dilakukan dengan menelusuri lahan pertanian, namun dengan menggunakan sprayer drone ini dapat dikendalikan dengan jarak jauh karena dikoneksikan dengan wifi pada remote control operator. Drone ini juga dilengkapi dengan sensor dan GPS (Global Positioning System). Mekanisme kerja drone menyemprotkan liquid dengan wujud kabut (fog) dari udara tepat pada daun tanaman atau lebih dikenal dengan folliar application. Kelebihan yang didapatkan dengan menggunakan drone ini sangat menguntungkan yaitu dapat mengatasi kekurangan tenaga kerja lapang dan pengaplikasian pestisida serta pupuk dapat menjangkau luasan area 5 hektar dalam 1 jam.

2. CI Agriculture (HARA)
Merupakan startup pertanian lokal berbasis IoT (Internet of Things), startup ini menggunakan jaringan internet baik untuk pengumpulan, pertukaran data dan kontroling alat dilapang yang terhubung dengan gadget. Fokus utama CI Agriculture yaitu pengembangan sistem manajemen pertanian dengan menggunakan big data analystic. Big data analystic adalah kumpulan data yang diperoleh dari lapang, data yang dikumpulkan dapat berupa data anomali cuaca, status hara dan kondisi tanah, serta berasal dari pencitraan satelit dan drone. Data yang diperoleh kemudian akan diolah, kemudian data tersebut akan menghasilkan informasi yang akurat dan update sehingga dapat membantu petani dalam membuat keputusan dalam proses produksi.

Smart Faming Precision Agriculture kuncinya adalah meningkatkan produktivitas dan laba dengan penggunaan teknologi melalui minimalisasi penggunaan input produksi.

Smart Faming Precision Agriculture 4.0 merupakan teknologi yang belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia, tentunya akan terdapat banyak kesulitan untuk mengenal teknologi ini. Untuk mengatasinya kita harus sabar dan terus belajar mengadopsi teknologi ini secara mandiri ataupun pada negara yang sudah berhasil menerapkannnya. Pada hakekatnya dibutuhkan waktu yang tidak singkat, perlu ketekunan dan niat yang mantap.

Kiat Meningkatkan Produksi Padi


Menjadi seorang petani yang sukses adalah mereka yang bisa meningkatkan hasil produksi tanamanya. Dari beberpa hal yang sering kita kenal dengan meningkatkan hasil yang maksimal mengharuskan petani mengerti bagaiman padi yang mereka bididayakan menginginkan apa.

Hanya dengan cara itu petani bisa meningkatkan hasil budidaya padi, mengerti apa yang tanaman butuhkan ternyata tidak semua petani yang melakukanya. Untuk meningkatkan hasil yang maksimal tidak membutuhkan biaya yang mahal, biaya bisa kita hemat untuk keperluan lain.

Yang kamu butuhkan sekarang adalah merespon bagaimana mereka membutuhkan asupan dan pengobatan. Secara teori mungkin tidak akan sama dengan praktik nya, dari itu saya tidak mempermudah bahasan ini karena terbukti lumayan cukup lama dalam pembuatan peningkatan.


Teknologi

Meningkatkan hasil pertanian dengan teknologi sangat berpengaruh sekali dari awal sampai panen nanti. Teknologi yang sekarang ini seperti jajar legowo dan system SRI sudah dilakukan, namun tidak terlalu bisa untuk diterapkan. Saya pada waktu 2012 tahun lalu belajar SRI dan memang metode SRI sangat masuk akal dan teknologi ini mulai dikembangkan lagi sampai ramai di masyarakat sekitar tahun 2016.

Pemanfaatan teknologi sangat bisa kita kembangkan, namun tidak semuanya bisa diterima oleh petani, teknologi bisa menaikan produksi apabila petani melihat dan merasakan langsung pada teknologi tersebut.

Jadi untuk meningkatkan hasil panen dengan teknologi mungkin sedikit sekali yang menggunakan, di desa – desa produksi padi lebih memilih cara nenek moyang mereka untuk bertani. Jika kamu berani coba dan ingin membuktikan bahwa teknologi juga bisa meningkatkan hasil pertanian silahkan.


Tahapan budidaya

Budidaya yang sekarang ini berjalan apakah kamu sudah yakin akan mendapat hasil yang maksimal ? Tentu saja tidak, tidak ada yang tahu dengan hasil yang akan di dapat. Namun kita bisa berusaha untuk memulai hal itu terjadi sejak sekarang.

Dalam satu tahun ada yang 1 – 2 – 3 kali panen. Itu tergantung daerahnya. Namun rasanya jarang sekali yang 4 kali panen dalam setahun. Sebenarnya petani sudah enggan menanam padi, sudah bosen mereka menanam. Namun karena padi adalah bahan pokok kita mereka menanam. Sisitem dalam buidaya sangat jelas, kita harus pintar menghitung kebutuhan tanaman.

Kebutuhan tanaman seperti di arahkan dan berfokus pada waktu pengaplikasian. Aplikasi tanaman seperti penyemprotan hama penyakit, memberikan pupuk, pengairan dan sebagainya harus tepat pada saat tanaman membutuhkanya.

Contoh :
Jika tanaman padi terserang hama atau penyakit biasanya petani menunggu serangan hebat dan setelah terserang mereka baru mengambil tindakan. Hal ini tentu salah, kita harus mencegah hama atau penyakit ketika tanaman menimbulkan gejala, bukan setelah terserang baru kalian semprot.


Menjaga ekosestem

Dengan menjaga ekosistem dan rantai makanan yang ada di alam, ini bisa membantu menaikan hasil produksi kita. Kita harus mulai dari sekarang menjaga alam seperti memberikan pupuk organik pada tanah, mengurangi bahan kimia, menggunakan musuh alami dan tanaman yang bisa mendukung padi kita tumbuh baik.

Dari sebagian besar petani tidak terlalu memikirkan hal itu, mungkin karena indonesia kelewat kaya. Dari sebuah hal kecil menjaga ekosistem bisa membantu kita menaikan produksi. Jangan menganggap kamu dengan waktu sangat singkat bisa mendapat hasil yang kamu inginkan.

Kita tidak bisa menghasilkan panen yang seperti media katakan (panen raya) saya rasa itu hanya bohong saja, aslinya setelah di cek mana mungkin tanah yang tercemar bahan kimia bisa meningkatkan hasil produksi sebesar itu. Lagi pula lahan pertanian di berbagai daerah sekarang semakin berkurang.

Jadi kita tidak bisa membuat tanaman padi kita langsung panen besar semuanya membutuhkan proses untuk kembali kesemula, kita tidak bisa memaksa tanaman untuk berproduksi besar. Hanya dengan bantuan teknologi dan memaksimalkan cara budidaya serta menjaga alam itu adalah hal yang tepat untuk sekarang ini.



~~~~NS~~~~

Transformasi Digitasi Alat Bantu Penyuluhan Pertanian



Seiring perkembangan jaman, komunikasi dan informasi digital menjadi kunci kecepatan dan ketepatan serta keakuratan dalam mengakselerasi capaian kinerja di segala bidang.  Tak terkecuali dalam mengakselerasi terwujudnya kedaulatan pangan untuk 273,3 juta jiwa masyarakat Indonesia.  Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian membangun simpul Komando Strategi Pembangunan Pertanian yang dikenal dengan Kostratani yang ada di setiap Kecamatan.  

Platform kegiatannya berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yakni Internet of Things (IoT), dengan mengoptimalkan peran Balai Penyuluh Pertanian (BPP) sebagai home base.   Peran BPP sebagai penyedia singgle data pertanian, akses informasi teknologi, pasar dan penyediaan sarana produksi, memerankan sebagai pusat konsultasi agribisnis, pembelajaran petani, serta mampu membangun jejaring dan kolaborasi kerjasama dengan pihak lain.  

Oleh sebab itu perlu diperkuat SDM penyuluh pertanian dengan pemutakhiran keahlian dan ketrampilan dalam mengakses, memanfaatkan dan mengoptimalkam pengunaan aplikasi-aplikasi pertanian berbasis Internet of Things (IoT).

Dahulu, Penyuluhan dilakukan dengan tatap muka hadir di lokasi wilayah binaan (wilbin).  Sebagai kelengkapan materi penyuluhan, harus membawa alat peraga untuk membantu mempermudah petani mencerna materi yang disampaikan dalam proses penyuluhan.  Diantaranya: miniatur, poster, leaflet, peta singkap dan sejenisnya.  Untuk menyelesaikan penyuluhan di wilayah kerjanya, seorang penyuluh membutuhkan waktu sekitar sebulan (sistem lama 16 wilkel).  Belakangan ini, menghadapi problem jumlah penyuluh semakin berkurang, tidak seimbang dengan jumlah masyarakat petani yang dilayani.  Banyak penyuluh pertanian harus melayani 2 hingga 3 desa, sehingga untuk menuntaskan topik materi tertentu akan menghabiskan waktu 2 hingga 3 bulan.  

Cara ini sudah tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang yang sarat dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi digital, hingga melahirkan era revolusi industri 4.0.  Komunikasi dan informasi dari berbagai pihak, tak terbendung lagi.  Didukung dengan kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda hingga kini.  Pembatasan sosial diberlakukan begitu ketat untuk memutus mata rantai penularan.  Dampaknya beragam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan Internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. 

Tak terelakkan dunia penyuluhan pertanian juga terkena imbasnya.  Utamanya dalam memberikan pelayanan bimbingan dan pendampingan penerapan inovasi kepada masyarakat tani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha pertanian.  Kini dengan mengoptimalkan IT (tanpa batasan ruang dan waktu), secara bersamaan semua kelompok tani bisa dikunjungi secara virtual guna membahas dan menyelesaikan permasalahannya.  

Pada penyuluhan konvensional, seorang penyuluh sering menggunakan alat bantu penyuluhan seperti sudah disebutkan terdahulu.  Kini penyuluh harus bertransformasi dalam menggunakan alat bantu penyuluhan konvensional ke digital.  Di era ini penyuluh menjadi transformer, dengan menguasai beberapa aplikasi pertanian, sebagai alat bantu penyuluhan.





Yuk Ketahui Kelemahan dan Kelebihan Sistem Pertanian Organik

KELEMAHAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK
Beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam mengembangkan pertanian organik, yaitu :
1. Ketersediaan bahan organik terbatas dan takarannya harus banyak
2. Transportasi mahal karena bahan bersifat ruah
3. Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik
4. Hasil pertanian organik lebih sedikit jika dibandingkan dengan pertanian non organik yang menggunakan bahan kimia terutama pada awal menerapkan pertanian organik.
5. Pengendalian jasad pengganggu secara hayati masih kurang efektif jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia.
6. Terbatasnya informasi tentang pertanian organik.



KELEBIHAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK


1. Meningkatan aktivitas organisme yang menguntungkan bagi tanaman.
Mikroorganisme seperti rizobium dan mikroriza yang hidup di tanah dan perakaran tanaman sangat membantu tanaman dalam penyediaan dan penyerapan unsur hara. Juga banyak organisme lain yang bersifat menekan pertumbuhan hama dan penyakit tanaman. Misalnya pertumbuhan cendawan akar (Ganoderma sp, Phytopthora sp) dapat ditekan dan dihalangi oleh organisme Trichoderma sp.

2. Meningkatkan cita rasa dan kandungan gizi.
Cita rasa hasil tanaman organikmenjadi lebih menarik, misalnya padi organik akan menghasilkan beras yang pulen, umbi – umbian terasa lebih empuk dan enak atau buah menjadi manis dan segar. Selain itu pertanian organik juga meningkatkan nilai gizi. Hasil uji laboraturium terhadap beras organik mempunyai kandungan protein, dan lemak lebih tinggi daripada beras nonorganik. Begitu pula nasi yang berasal dari beras organik bisa bertahan (tidak mudah basi) dua kali lebih lama ketimbang nasi dan beras organik. Kalau biasanya nasi akan menjadi basi setelah 12 jam maka nasi dari beras organik bisa bertahan 24 jam.

3. Meningkatkan ketahanan dari serangan organisme pengganggu.
Karena dengan penggunaan pupuk organik yang cukup maka unsur – unsur hara makro dan mikro terpenuhi semua sehingga tanaman lebih kuat dan sehat untuk menahan serangan beberapa organisme pengganggu dan lebih tahan dari serangan peryakit.

4. Memperpanjang unsur simpan dan memperbaiki struktur.
Buah dan hasil pertanian tidak cepat rusak atau akibat penyimpanan. Buah cabai misalnya akan nampak lebih kilap dengan pertanian organik, hal ini bisa dipahami karena tanaman yang dipupuk organik, secara keseluruhan bagian tanaman akan mendapat suplai unsur hara secara lengkap sehingga bagian- bagian sel tanama termasuk sel – sel yang menyusun buah sempurna.

5. Membantu mengurangi erosi.
Pertanian organik dengan pemakaian pupuk organik mejadikan tanah leih gembur dan tidak mudah terkikis aliran air. Struktur tanah menjadi lebih kompak dengan adanya penambahan bahan – bahan organik dan lebih tahan menyimpan air dibanding dengan tanah yang tidak dipupuk bahan organik. Pada tanah yang miskin bahan organik, air mudah mengalir dengan membawa tanah.



~~~~NS~~~~

Hasil Penyulingan Daun Tembakau Ampuh Kendalikan Hama Trips Cabai


Dalam kegiatan usahatani tanaman cabe keriting, para petani sampai saat ini tidak dapat terlepas dari penggunaan pestisida kimia untuk pengendaliah hama dan penyakit tanaman yang diusahakan. Hal tersebut dilakukan para petani untuk meminimalisir kerugian usahatani, yang diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit.

Penggunaan pestisida kimia pada usahatani cabe keriting memang memiliki keuntungan diantaranya lebih efektif, efisien dan praktis dalam penggunaannya. Tetapi di lain sisi mahalnya harga pestisida kimia sangat dirasakan oleh para petani cabe keriting, karena berdampak langsung pada besarnya biaya usahatani yang harus dikeluarkan untuk pembelian pestisida kimia. Perlu diketahui bahwa volume penggunaan pestisida kimia untuk tanaman cabe keritng per satuan luas cukup banyak bila dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya.

Untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan pestisida kimia, maka para petani cabe keriting mulai menggunakan pestisida nabati dari bahan-bahan yang mudah diperoleh petani. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun tembakau, seperti yang telah dilaksanakan oleh para petani cabe keriting yang tergabung dalam kelompok tani Sabilulungan Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari. Ketersediaan bahan baku pestisida nabati berupa daun tembakau di kelompok tani ini cukup melimpah, mengingat hampir 80 % dari anggota kelompok berusahatani tanaman tembakau selain berusahatani tanaman cabe keriting.

Teknik yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati dari daun tembakau di kelompok tani ini adalah dengan teknik penyulingan menggunakan mesin penyuling. Adapun mesin penyuling diperoleh dari bantuan Dinas Pertanian dan Ketahanan Kabupaten Sumedang pada kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Ramah Lingkungan pada komoditi tanaman cabe keriting. Cara penyulingan daun tembakau menjadi pestisida nabati adalah dengan memasukan 25 kg daun tembakau ataupun limbah daun tembakau yang telah dirajang kedalam mesin penyulingan. Penyulingan dilakukan selama 12 jam sehingga diperoleh cairan hasil penyulingan tembakau untuk bahan pestisida nabati sebanyak 350 cc.

Khasiat dari cairan hasil penyulingan daun tembakau berdasarkan pengalaman para petani cabe keriting di kelompok tani Sabilulungan adalah dapat mengendalikan hama trips, kutu aphids dan ulat buah pada cabe keriting. Cara penggunaan pestisida ini adalah dengan melarutkan 10 cc cairan hasil sulingan daun tembakau per liter air, yang kemudian disemprotkan pada tanaman cabe keriting. Efek dari penggunaan pestisida nabati ini dapat terlihat setelah satu hari dari waktu penyemprotan.

Dengan adanya penggunaan pestisida nabati dari hasil penyulingan daun tembakau ini, para petani cabe keriting di kelompok tani Sabilulungan Desa Kadakajaya Kecamatan Tanjungsari selain dapat mengendalikan beberapa hama pada tanaman cabe keriting, juga dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia sehingga dapat mengurangi biaya usahatani.

Selain untuk memenuhi kebutuhan para anggota kelompok tani Sabilulungan, produksi pestisida nabati dari hasil penyulingan daun tembakau ini juga telah dikemas dan dipasarkan pada para petani cabe keriting di Desa Kadakajaya, bahkan pemasaran telah dilakukan ke luar Kabupaten Sumedang. Semoga pestisida nabati dari hasil sulingan daun tembakau ini dapat lebih memasyarakat dikalangan para petani dan terwujudnya kegiatan usahatani tanaman cabe keriting yang ramah lingkungan.

~~~NS~~~

Cara Mengatasi Penyakit Akar Gada pada Kubis


Penyakit akar gada pada kubis dapat dikendalikan dengan berbagai cara, yaitu meliputi pola tanam, waktu tanam, penggunaan bibit sehat dan pengelolaan air. Berikut ini beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan (meminimalisir) serangan penyakit akar gada pada kubis ;

1). Penggunaan bibit sehat dan tahan terhadap patogen
2). Pengapuran pada lahan masam (ber pH rendah < 5,5) dengan dolomit atau kaptan (kapur pertanian) sebanyak 2-4 ton per hektar. Dilakukan 10 – 15 hari sebelum tanam
3). Perendaman benih kubis dengan ekstrak bawang putih selama -/+ 2 jam atau dengan fungisida yang dianjurkan
4). Menggunakan tanah dan pupuk kandang yang steril untuk persemaian
5). Memusnahkan tanaman yang terinfeksi
6). Rotasi tanaman untuk memutus siklus patogen
7). Mengatur drainase untuk mencegah genangan air ketika musim hujan
8). Menjaga kebersihan kebun
9). Aplikasi fungisida untuk kubis bahan aktif flusulfamide, klorotalonil, karbendazim, dazomet, atau azoksistrobin + difenokonazol dengan dosis sesuai anjuran.


~~~NS~~~

Kiat Manjaga Mutu Jagung Hibrida


Jagung menjadi komoditas strategis kedua setelah padi (beras). Karena itu, pemerintah terus menggenjot produksinya. Gerakan Pencanangan Panen Jagung Nusantara oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo di Grobogan Jawa Tengah (29/9) yang diikuiti seluruh provinsi secara serentak menujukkan produksi jagung cukup tinggi.

Karena itu permintaan daerah melalui Gubernur dan Bupatinya mengharapkan agar tidak ada impor jagung lagi. Namun demikian, gerakan panen jagung harus diikuti dengan penanganan pasca panen dari mulai pengeringan, pemipilan, dan penyimpanan.

Rangkaian kegiatan tersebut akan saling berkaitan. Sebab, hasil satu tahap kegiatan akan  mempengaruhi hasil tahap berikutnya.  Dengan penanganan yang baik, mutu jagung juga akan terjaga dan sesuai dengan standar permintaan untuk pakan ternak. Teknologi penanganan pascapanen dapat menekan tingkat kehilangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Tahap Pengeringan

Pengeringan merupakan  proses penurunan kadar air jagung sampai mencapai nilai tertentu untuk diproses selanjutnya dan aman untuk disimpan, sehingga mutu produk yang dihasilkan tinggi. Tujuan pengeringan untuk memenuhi persyaratan mutu yang akan dipasarkan dengan kadar air 14% agar memenuhi standar mutu perdagangan.

Untuk biji yang akan disimpan kadar air sebaiknya 13%, sehingga jamur tidak tumbuh dan respirasi biji rendah. Karena itu disarankan agar pengeringan dilakukan segera dalam waktu 24 jam setelah panen. Jagung dapat dikeringkan dalam bentuk tongkol berkelobot, tongkol tanpa kelobot, atau jagung pipilan.

Pengeringan jagung idealnya dalam dua tahap. Pengeringan awal biasanya dilakukan dengan tujuan mempermudah pekerjaan pemipilan jagung. Sebab, pemipilan tanpa pengeringan terlebih dahulu dapat menyebabkan butir rusak, terkelupas kulit, terluka atau cacat, dan pengerjaannya lambat.

Pengeringan awal ini dilakukan sampai kadar air sekitar 17-18%. Pada keadaan ini jagung akan mudah dipipil dan tidak menimbulkan kerusakan. Bila jagung sudah berupa jagung pipilan dapat dikeringkan sampai kadar air 13%, sehingga tahan untuk disimpan.

Cara pengeringan dapat dibedakan atas pengeringan konvensional dan pengeringan buatan. Pada sistem konvensional, jagung pada batangnya dibiarkan di lapang sampai kering secara alami. Hal ini dapat mengakibatkan infestasi hama dan lahan tidak dapat diolah untuk tanaman berikutnya selama jagung tersebut belum dipanen.

Waktu pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari sebaiknya dari pukul 08.00-11.30. Lamanya pengeringan sekitar 3 hari bila cuaca cerah. Disarankan menggunakan alas jemur seperti tikar, lantai jemur, terpal dan sebagainya.

Cara pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dianggap baik. Sebab, kadar air jagung tidak turun secara drastis, sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan selain itu cara ini adalah yang termurah.

Pengeringan konvensional lainnya adalah dengan cara pengasapan. Cara ini bisa dapat mengamankan hasil jagung pada musim penghujan. Sumber asap dapat diperoleh dari pembakaran sekam dan tongkol jagung. Dengan cara digantung setinggi 80 cm dari sumber asap, pengeringan dari kadar 29% menjadi 14% jagung berkelobot membutuhkan waktu 7 hari.

Panen jagung yang jatuh pada musim hujan, pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis. Misalnya, alat pengering jenis batch dryer, pengeringan bertingkat, dan lain-lain. Alat pengering jenis batch dryer menggunakan temperatur udara tertentu sesuai tujuan pengeringan.

Untuk jagung konsumsi temperatur udara pengering antara 50-60% dan kelembaban relatif 40%. Sedangkan untuk jagung bibit temperatur udara sekitar 40oC, karena temperatur diatas 45oC dapat mematikan embrio.

Tahap Pemipilan

Proses pemisahan biji jagung dari tongkolnya dikenal dengan pemipilan. Pemipilan dapat dilakukan bila tongkol sudah kering dan kadar air biji tidak lebih dari 18%. Jika dipipil dengan tangan, maka lembaga tidak tertinggal pada janggel. Pada kadar air tersebut pemipilan  lebih mudah dan kerusakan mekanis dapat ditekan.

Pemipilan jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan. Metode ini meskipun berat dan kapasitasnya kecil, ternyata efektif dalam pemisahan kelobot dan tongkol serta kerusakan mekanisnya kecil. Disamping itu dapat dilakukan pemisahan biji yang rusak atau terserang hama dan penyakit dari biji yang sehat.

Alat pemipil yang lebih maju yang disebut corn sheller. Alat yang dijalankan dengan motor ini dapat membantu proses pemililan. Caranya jagung dalam kondisi masih bertongkol dimasukkan ke dalam lubang pemipil (hopper). Karena ada gerakan dan tekanan, pemutaran yang berlangsung dalam corn sheller, butir-butir biji akan terlepas dari tongkol. Lalu butir-butir tersebut langsung keluar dari lubang pengeluaran untuk selanjutnya ditampung dalam wadah atau karung.

Pemipil dengan alat ini sangat efektif karena relatif 100% butir-butir jagung dapat terlepas dari tongkolnya, kecuali butir-butir yang terlalu kecil yang terdapat di bagian ujung tongkol. Kualitas pemipilannya sangat baik karena persentase biji yang rusak/cacat serta kotoran yang dihasilkannnya sangat kecil.

Proses Penyimpanan

Tujuan penyimpanan jagung untuk mempertahankan kualitas sekaligus mencegah kerusakan dan kehilangan yang disebabkan faktor luar dan dalam. Misalnya, kadar air biji, aktivitas respirasi, pemanasan sendiri, suhu penyimpanan, kelembaban udara, konsentrasi oksigen udara, serangan mikroba, hama dan iklim.

Ada beberapa cara penyimpanan jagung. Diantaranya, dengan menempatkan di atas para-para, di bawah atap rumah ataupun di atas dapur. Pada cara ini sejumlah jagung berkelobot (15-20 buah) diikat menjadi satu, kemudian digantung dengan mengaturnya secara bersusun di atas para-para. Penyimpanan cara ini sebaiknya dilengkapi dengan kawat anti tikus atau perangkap tikus lainnya.

Cara penyimpanan lainnya untuk jagung pipilan dapat dilakukan dalam karung plastik, kantong plastik, kaleng, jirigen dan sebagainya. Penyimpanan jagung dengan cara tersebut pada kadar air maksimum 14%.

Kadar air jagung diatas 14% merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan cendawan. Cendawan dapat memproduksi bermacam-macam toksin antara lain aflatoksin serta hama yang senantiasa menyebabkan kerusakan. Cendawan Aspergillus flavus berkembang dengan baik dan memproduksi aflatoksin pada kadar air diatas 18%.

Penyimpanan jagung pipilan dalam karung plastik yang dilapisi plastik mempunyai daya simpan lebih lama dibandingkan karung goni. Ukuran karung plastik 50 kg. Tumpukan karung yang berisi jagung di dalam ruang penyimpan harus di atas balok kayu atau penyangga lainnya. Cara ini untuk mencegah kontak langsung dengan lantai, sehingga jagung tidak lembab dan sirkulasi udara terjamin, sehingga terhindar dari pembusukan.

Pemupukan Pada Tanaman Padi Sawah


Cara pemupukan padi adalah salah satu kunci untuk mendapatkan hasil panen yang optimal dan berlimpah. Jika salah dalam memberikan pupuk, bukannya panen padi melimpah yang akan didapat tapi justru risiko tanaman padi menjadi rusak. Lalu bagaimanakah cara pemupukan padi yang tepat ?

Cara pemupukan berimbang pada tanaman padi harus dilakukan seiring dengan kondisi lapangan tempat padi di tanam. Untuk itu, harus diketahui umur tanaman padi terlebih dahulu. Sekarang ini banyak varietas padi berumur genjah yang dilepas oleh pemerintah. Contoh: Inpari 10 berumur 108-116 hari dan Inpari 13 berumur 103 hari. Sedangkan padi ciherang dan IR 64 umumnya berumur 115 -125 hari. Dengan melihat dua kondisi yang berbeda ini, petani seringkali mengalami kesulitan untuk menentukan kapan waktu pemupukan yang tepat bagi keduanya. Teknik pemupukan tanaman padi memang sangat relatif, tidak ada ukuran secara pasti dosis dan waktu yang ditentukan, karena banyak sekali faktor yang harus diperhatikan. Struktur tanah dengan kondisi unsur hara yang berbeda-beda di tempat satu dengan yang lainnya, tentu juga memerlukan teknik yang berbeda dalam hal pemupukannya.

 Salah satu contoh dosis, jenis pupuk dan waktu pemupukan yang tepat pada tanaman padi adalah sebagai berikut:

  1. Pemupukan susulan pertama dilakukan saat padi berumur 7-10 Pupuk yang digunakan adalah Urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCL 50 kg/ha.
  2. Pemupukan susulan kedua diberikan saat tanaman padi berumur 21 HST menggunakan pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha.
  3. Pemupukan susulan ketiga pada saat umur padi 42 HST menggunakan 75 kg/ha Urea dan 50 kg/ha

Dari tiga kali pemupukan tersebut, dalam satu musim tanam padi pada luasan 1 hektar membutuhkan pupuk Urea (Nitogen) 300 kg, SP36/TSP (Phospor) 100 kg, dan KCl (Kalium) 100 kg.

Tanaman padi memerlukan banyak hara N dibanding hara P ataupun K. Pupuk Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N menjadi lebih efisien terserap oleh tanaman padi. Sedangkan pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali, agar proses pengisian gabah menjadi lebih baik. Untuk memantau kecukupan pupuk Urea (Nitrogen) pada tanaman padi bisa menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna, mulai warna hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan daun tanaman padi.

Berikut adalah empat panduan umum cara pemupukan padi yang dapat dapat dijadikan acuan.

Perhatikan usia tanaman

Sama seperti manusia, tanaman juga membutuhkan nutrisi yang berbeda-beda dalam setiap tahapan usia. Nutrisi yang dibutuhkan manusia pada saat masih bayi akan berbeda dengan saat sudah dewasa. Begitu halnya dengan tanaman, termasuk padi. Pada tahapan usia tertentu, padi membutuhkan nutrisi khusus. Saat padi masih berusia muda misalnya (0-2 minggu). Pada usia ini tanaman padi masih tumbuh dengan lambat sehingga belum terlalu membutuhkan urea (N). Sebaliknya, padi muda sangat membutuhkan fosfor (P), kalium (K), dan sulfur (S). Aturan ini juga berlaku saat memberikan pupuk majemuk. Perhatikan usia tanaman padi sebelum memberikan pupuk dengan dua kandungan yang berbeda (misal: pupuk SP sebaiknya diberikan pada saat padi masih muda).

Waktu pemberian pupuk

Cara pemupukan padi yang benar ternyata juga memperhatikan waktu pemberian pupuk. Anda tidak bisa sembarangan memberikan pupuk. Menyebarkan pupuk pada waktu yang salah bisa menyebabkan pupuk tidak terserap dengan baik dan tanaman padi pun tidak mendapatkan nutrisi yang diperlukan. Kapan waktu yang tepat untuk memberikan pupuk? Waktu yang paling baik untuk memberikan pupuk adalah di pagi hari mulai pukul 8 hingga 10 pagi. Pada rentang waktu tersebut embun sudah meninggalkan tanaman dan sinar matahari juga belum terlalu terik. Anda juga bisa memberikan pupuk di sore hari (mulai pukul 16 hingga 17). Hindari memberikan pupuk di waktu hujan atau mendung karena berpotensi menghilangkan pupuk.

Setiap tempat memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda

Anda mungkin pernah mendapat rekomendasi cara pemupukan padi dari seorang rekan di daerah lain. Cara tersebut berhasil dan bisa meningkatkan hasil panennya. Anda tentu akan sangat tertarik untuk mencoba cara pemupukan padi tersebut. Namun tunggu dulu, belum tentu cara tersebut akan berhasil untuk sawah dan tanaman padi Anda. Mengapa?

Hal ini dikarenakan setiap tempat memiliki kebutuhan pupuk yang berbeda. Daerah yang subur jelas akan membutuhkan pupuk lebih sedikit dibandingkan dengan daerah yang kering. Kandungan zat hara pada tanah yang subur tentu lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tanah yang kering. Untuk itu, sebaiknya Anda benar-benar memahami seperti apa kondisi sawah atau lahan yang dijadikan tempat menanam padi.

Jangan terlalu cepat dan jangan terlambat

Selain memperhatikan kondisi tanah, Anda juga harus mengetahui kapan tanaman membutuhkan nutrisi dari pupuk. Jangan sampai terlalu cepat atau bahkan terlambat memberikan pupuk pada tanaman padi. Hal ini justru akan membuat hasil panen menjadi kurang optimal. Sebagai contoh, Anda sebaiknya memberikan pupuk N saat tanaman masuk usia 40 hari (saat mulai membentuk malai atau gabah). Jangan berikan pupuk sebelum padi masuk usia tersebut karena hanya akan membuat pembentukan malai kurang baik. Begitu halnya jika Anda terlambat memberikan pupuk, padi tidak akan memberi hasil panen yang optimal.

Pertanian Organik


PENGERTIAN PERTANIAN ORGANIK

Ada dua pemahaman tentang pertanian organik yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam artian sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan – bahan kimia, mulai dari perlakuan untuk mendapatkan benih, penggunaan pupuk, pengendalian hama dan penyakit sampai perlakuan pascapanen tidak sedikiti pun melibatkan zat kimia.

Sedangkan pertanian organik dalam arti yang luas, adalah sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia sintetis (pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan).

Tujuan dari pertanian organik adalah untuk menyediakan produk – produk pertanian (terutama bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus alaminya.

Selengkapnya disini

Bio Pestisida


PENDAHULUAN

Fenomena “Back to Nature” yang belakangan menjadi tren dalam pemilihan produk pangan dan hasil pertanian lainnya, telah memicu kecenderungan konsumen yang menghendaki produk-produk yang bebas dari bahan-bahan kimia. Hal tersebut mengharuskan para petani untuk mengurangai atau bahkan menghilangkan bahan kimia dalam proses produksi baik dalam penggunaan pupuk maupun pestisida.

Berdasarkan laporan dari FAO ( Food and Agriculture Organisation ) penggunaan pestisida kimia sudah dalam taraf menghawatirkan keselamatan konsumen. Residu bahan kimia yang terkandung dalam produk pertanian sudah jauh diambang batas dan sudah dalam tatap membahayakan keamanan pangan (food scurity).

Selengkapnya disini

Beternak Domba


1. PERSYARATAN LOKASI


Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas,udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.

Selengkapnya disini

Pengendalian Hama Lalat Buah Pada Cabai


PENDAHULUAN

Tanaman cabai adalah merupakan salah satu komoditas primadona bagi para petani. Harga cabai yang sering membumbung tinggi serta mudah dalam menjualnya, menjadi daya tarik tersendiri sehingga banyak petani yang berlomba-lomba membudidayakan tanaman hortikultura ini. Apalagi tidak sedikit petani cabai yang sukses memperoleh keuntungan yang besar karena keberhasilannya dalam menanam cabai. Hal ini menjadi pemicu dan penyemangat petani untuk mencoba dan terus mencoba meskipun sering gagal.

Para petani cabai seringkali tak mampu menyelesaikan siklus hidup tanaman cabai dengan mulus tanpa hambatan. Banyak rintangan dan hambatan serta masalah yang harus dihadapi dalam merawat tanaman cabai. Masalah yang paling sulit yang harus dihadapi petani cabai adalah mengendalikan serangan berbagai jenis hama dan penyakit. Hama dan penyakit cabai begitu kompleks dan membutuhkan keuletan serta pengalaman yang cukup untuk mengatasinya. Masalah penyakit busuk buah dan kerontokan buah merupakan salah satu penyakit utama tanaman cabai. Busuk buah dan kerontokan buah cabai bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah serangan hama lalat buah. Lalat buah merupakan serangga kecil yang bentuknya mirip dengan tawon yang seringkali menjadi penyebab gagalnya panen.

Lalat buah yang mempunyai nama latin Drosophila melanogaster yang sering menyerang tanaman cabai ini, memang menjadi hama yang sering kita temui dan sangat meresahkan karena efek yang disebabkannya, diantaranya tanaman cabai menjadi busuk dan mempunyai kualitas yang buruk, karena pada dasarnya buah ini menjadi inang bagi telur-telur lalat buah yang diletakkan didalam buah, sehingga buah menjadi busuk dan tidak bisa dipetik.


CARA PENGENDLIAN

Cara pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan tidak dapat ditawar lagi, artinya produk tidak tercemar oleh bahan kimia (pestisida) yang berbahaya bagi konsumen. Ketergantungan petani terhadap penggunaan insektisida sintetik untuk mengendalikan hama cukup tinggi, sehingga perlu segera diatasi dengan mencari alternatif pengendalian lain yang ramah lingkungan. Teknik pengendalian hama yang ramah terhadap lingkungan sangat diharapkan, terutama yang efektif, efisien dan mudah diterapkan oleh petani di lapangan.

Teknologi pengendalian hama lalat buah tanaman cabai yang ramah lingkungan yaitu dengan cara : kultur teknis, fisik/mekanik, biologi, dan kimiawi.

1. Pengendalian secara kultur teknis

a. Sanitasi lahan.
Sanitasi lahan bertujuan untuk memutuskan daur hidup lalat buah, sehingga perkembangan lalat buah pada tanaman cabai dapat ditekan. Sanitasi dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang jatuh atau busuk kemudian dimusnahkan dan dibakar atau dibenamkan di dalam tanah dengan cara membuat lobang berukuran 1 x 0,5 m atau 1 x 1 m sampah/serasah di sekitar tanaman juga harus dikumpulkan dan dibakar atau dipendam dalam tanah. Pastikan ke dalam tanah tidak memungkinkan larva dapat berkembang menjadi pupa. Pupa yang ada dalam tanah dapat dimusnahkan dengan cara membalikkan tanah di sekitar tanaman.

b. Menggunakan perangkap
Perangkap lem kuning yang dicampur dengan sedikit metyl eugenol untuk menangkap lalat buah dewasa.

c. Pengasapan
Pengasapn dilakukan dengan membakar sampah kering, dan dibagian atasnya ditutupi sampah basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang menyebar ke seluruh bagian tanaman akan mengusir keberadaan hama lalat buah.

d. Pemasangan mulsa
Mulsa yang dapat dipergunakan diantarnya mulsa plastik hitam perak (MPHP) dapat menekan larva berubah menjadi pupa dan akhirnya mengurangi populasi serangga dewasa.

2. Pengendalian secara fisik/mekanis

Menggunakan perangkap atraktan metyl eugenol/cue lure yang dipasang atau digantung di dalam perangkap yang terbuat dari bekas air mineral untuk menangkap lalat jantan. Bagian dasar botol diberi sedikit air, lalat buah mati terendam air. Sebaiknya perangkap dipasang dibagian luar lahan atau di bagian pinggir pertanaman, hal ini bertujuan agar lalat tidak terkumpul di tengah pertanaman

3. Pengendalian secara biologi

a. Pengendalian lalat buah secara biologi dapat dilakukan dengan cara menghasilkan lalat buah jantan mandul. Teknik pengendalian jantan mandul berhasil mengendalikan hama lalat buah di Jepang. Dengan melepaskan serangga jantan yang sudah mandul, maka telur yang dihasilkan dari perkawinan dengan lalat betina menjadi steril atau tidak bisa menghasilkan keturunan, dan akhirnya populasi akan turun dan musnah.

b. Memanfaatkan musuh alami baik parasitoid, predator atau patogen namun di

4. Pengendalian Secara Kimiawi (menggunakan insektisida kimia)
Beberapa jenis insektisida kimia yang beredar di pasar dapat digunakan untuk membasmi lalat buah. Dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpinfos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan insektisida.


~~~~NS~~~~

Pengendalian Hama Ulat Flutella Pada Kubis


CIRI-CIRI ULAT FLUTELA


- Ngengat berwarna abu-abu sampai coklat kelabu dan pada saat sayap dilipat nampak tiga buah tanda berupa gelombang seperti berlian (diamond) atau terdapat bentuk segitiga sepanjang punggungnya. Ngengat beristirahat pada siang hari. Umur ngengat 2 - 4 minggu. Ngengat betina mampu menghasilkan telur 180 - 320 butir. Daur hidup dari telur sampai ngengat pada ketinggian 250 m di atas permukaan laut (dpl) 12 - 15 hari dan 20 - 25 hari pada ketinggian 110 m dpl.

- Telur berwarna kuning kehijauan diletakkan di sekitar tulang daun pada permukaan bawah daun dalam satu kelompok sejumlah 1 - 6 telur.

- Larva P. xylostella mudah dibedakan dengan larva serangga hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya.

- Larva terdiri atas empat instar. Ukuran larva instar keempat 10 - 12 mm. Kepala berwarna kuning muda terdapat bintik-bintik gelap. Tubuhnya berwarna hijau muda terdapat bulu hitam tipis. Apabila disentuh larva bereaksi ganas, menjatuhkan diri dan membentuk benang sutera.Pupa terletak pada daun atau batang, seperti jalinan benang berwarna putih sehingga nampak seperti kumparan benang.

GEJALA SERANGAN

Larva (ulat) muda yang baru menetas, mengorok daun kubis selama 2 - 3 hari. Selanjutnya memakan jaringan bagian permukaan bawah daun atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan tipis/transparan sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta membentuk lubang. Apabila tingkat populasi larva tinggi hampir seluruh daun dimakan dan hanya tulang daun yang ditinggalkan. Umumnya serangan berat terjadi pada musim kemarau pada umur 5 - 8 minggu.
Ulat daun kubis mulai menyerang sejak awal pra pembentukan krop (0 – 49) hari setelah tanam = hst) sampai fase pembentukan krop (49 - 85 hst).

TANAMAN INANG

Raphanus sativus (lobak), Nasturtium sp. (sejenis selada air), Alyssium sp., Methiola sp, kubis, kolrabi, kubis bunga, petsai dan kailan. Gulma tanaman inang antara lain Capsella bursapactoris, Cardamine hirsuta, Brassica pachypoda, N. officinale (selada air) dan Lepidium sp.

CARA PENGENDALIAN

- Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran tanaman, tanam serentak, tumpang sari atau monokultur, penggunaan benih unggul bermutu dan sehat, sanitasi/pengendalian gulma di sekitar pertanaman dan saluran, pengolahan tanah yang sempurna, pengelolaan air yang baik, pengaturan jarak tanam, penanaman tanaman perangkap.

- Pemanfaatan musuh alami, dengan memanfaatkan parasit Diadegma semiclausum dan Cotesia plutellae serta cendawan Zoophthora radicans.

- Pengendalian fisik, dilakukan antara lain dengan memasang perangkap feromoid seks sebanyak 1 buah per 50 m2 digunakan memantau populasi ngengat jantan. Bila dalam 7 malam tertangkap 20 ngengat per perangkap maka perlu dilakukan aplikasi insektisida.

- Pengendalian dengan insektisida bahan alami, dengan menggunakan minyak dari ekstrak biji buah srikaya, dan sirsak dengan konsentrasi 10 %. Bahan alami lain yang bias digunakan sebagai insektisida bahan alami adalah ekstrak biji nimba dan tembakau.


~~~~NS~~~